TEMPO Interaktif, Jakarta - Penyakit takut selalu menyergap Fauziah Shahab kala memprotes skenario sinetron yang dirasakannya kurang pas. Zee Zee--begitu dia biasa disapa--takut dimarahi sutradara atau penulis skenario. "Saya pernah dibentak gara-gara mengubah (dialog) skenario," katanya kepada Tempo di sela-sela syuting sinetron Mariam Mikrolet di Rumah Sakit Thamrin, Jakarta, Rabu dua pekan lalu.
Bentakan yang dimaksud Zee Zee datang dari sutradara yang juga kakeknya sendiri, Ali Shahab. Kala itu dia diajak ikut berperan dalam film dokumenter Aristoteles. Karena dialog dalam skenario panjang-panjang sehingga sulit dihafal, Zee Zee pun berimprovisasi tanpa berkonsultasi. Sang kakek murka. Syuting pun dihentikan seketika. "Anda tahu, saya tulis skenario itu dua hari tidak tidur," begitu kata Ali seperti ditirukan Zee Zee.
Ia juga pernah dibentak aktor senior Torro Margens saat syuting sebuah sinetron. Gara-garanya, Zee Zee berimprovisasi saat adegan berlangsung. "Hai, anak baru, bisa take dengan baik enggak?" ujar Torro seperti yang ditirukan Zee Zee.
eski sekarang kapok berimprovisasi, sulung dari empat bersaudara ini tetap kritis terhadap skenario yang disodorkan kepadanya. Ia juga biasa mencari tahu karakter sutradara. "Saya lihat-lihat dulu, sutradaranya script minded atau enggak," kata mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta, ini. Kini ia biasa berdialog dengan sutradara ketika kurang sreg dengan skenario. "Tapi bayangan bentakan itu tetap menghantui," ujarnya sembari terkekeh.
Saat ini Zee Zee memang jarang dibentak. Bukan semata lantaran dirinya mulai santun, tapi sutradara era sekarang lebih sabar, toleran, dan tidak kaku. "Kalau ada pemain yang kurang dalam berakting, ya, justru diajari," ujarnya.
Sayangnya, ia melanjutkan, toleransi yang muncul karena sutradara lebih mengutamakan kuantitas dibanding kualitas film. Lebih banyak sutradara industri dibanding yang idealis.
Anak pasangan Mustafa K. Shahab dan Eva Hasni ini mulai menekuni seni peran sejak bermain di acara Lenong Bocah, yang ditayangkan salah satu stasiun televisi swasta. Ia bergabung karena aktif di Sanggar Ananda, Jakarta, besutan sutradara Aditya Gumai.
Akting di teater, menurut Zee Zee, lebih sulit ketimbang di film atau sinetron. Sebab, di teater biasanya tak ada pengulangan dan langsung berhadapan dengan penonton. "Sutradaranya juga galak-galak," katanya. Tempaan itulah yang membuatnya mampu bertahan di dunia sinetron saat ini.
Di Mariam Mikrolet, ia tak cuma dituntut berkata-kata dan berperangai sebagai gadis tomboi, tapi juga melakukan aksi bela diri. Pujian pun menghampirinya. Bulan lalu, Festival Film Bandung menobatkan Zee Zee sebagai pemeran utama wanita terbaik.
Meski merasa pas dengan peran itu, ia sendiri tak yakin apakah kesehariannya benar-benar tomboi. Buktinya, sang ibu biasa menemaninya selama syuting dari pukul satu siang hingga menjelang subuh setiap hari. "Mama merangkap manajer dan motivator," katanya.
Motivasi dari sang ibu, juga ayah, memang amat diutamakan Zee Zee, apalagi saat penulisan skripsi tak kunjung rampung. Ultimatum pun telah dikumandangkan sang ayah. Jika syuting mengganggu kuliah, "Harus berhenti syuting."
Di luar skripsi, dia pun telah berjanji kepada kedua orang tuanya untuk segera mengakhiri masa lajang. Maklum, ketiga adiknya perempuan semua. "Kalau aku telat nikah, kasihan adik-adik," ujarnya. Peraih juara harapan satu Abang-None Jakarta Barat tiga tahun lalu ini memasang target menikah dua tahun lagi. Siapa calon suaminya? "Enggak tahu," ujarnya berteriak.
Akbar Tri Kurniawan
BIODATA
Nama: Fauziah Shahab
Panggilan: Zee Zee Shahab
Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 31 Maret 1988
Pendidikan:
SMA Perguruan Cikini Duren Tiga, Jakarta (2002-2005)
Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta (2005-sekarang)
Penghargaan:
Finalis Gadis Sampul 2001
Harapan I Abang-None Jakarta Barat 2007
Pemeran Utama Wanita Terbaik Sinetron Festival Film Bandung 2010
Filmografi:
Lenong Bocah
Keluarga Senyum
Luv
Anak-anak Masa Depan
Dan
Dewa Asmara
Namaku Safina
Roh
Mariam Mikrolet