TEMPO.CO, Jakarta - Teknologi cetak 3D merambah dunia fesyen dan namanya 'berubah' menjadi 4D. Jessica Rosenkrantz, seorang desainer, menggunakan teknologi yang disebutnya 4D untuk mencetak pakaian siap pakai. Dan koleksinya ini langsung masuk ke Museum of Modern Art in New York pada tahun lalu.
"Baju ini mungkin tidak akan pernah dipakai," kata Rosenkrantz. "Namun, ini merupakan proyek eksperimentasi aplikasi we bernama Kinematics, yang bisa digunakan setiap orang untuk merancang pakaian tanpa sambungan yang pas dikenakan."
Rosenkrantz dan Jesse Louis-Rosenberg merupakan alumnus Massachusetts Institute of Technology di bidang biologi, arsitektur, dan matematika.
Studio desain mereka, Nervous System berada terdepan untuk mengembangkan aplikasi digital yang mampu merancang pakaian meniru proses dan pola di alam.
Keduanya membuatnya rancangan pakaian ini dengan memindai tubuh seorang model terlebih dulu. Lalu hasilnya diolah dengan algoritma khusus untuk menjadi rancangan pakaian utuh siap pakai.
Jika biasanya hasil cetakan 3D bersifat kaku, maka pakaian hasil cetak rancangan kedua desainer ini justru terlihat fleksibel seperti pakaian biasa. Ada kaitan antarbahan yang dibuat sedemikian rupa yang membuat hasil cetakan menjadi lentur.
Ada 2.279 panel cetakan yang dikaitkan dengan 3,316 pengait. Teknik ini berhasil mengurangi bahan pencetakan hingga 85 persen. Namun biayanya masih cukup mahal yaitu sekitar Rp 40 juta per helai pakaian.
THE GUARDIAN | BUDI RIZA