TEMPO.CO, Jakarta--Bak cendawan di musim hujan, beragam situs biro jodoh berbasis daring menjamur di Indonesia. Mulai dari yang gratisan hingga berbayar. Kesibukan di dunia kerja rupanya membuat sebagian orang acuh soal mencari pasangan.
Menurut Chief Executive Officer Setipe.com, Razi Thalib, seperti dikutip dari Koran Tempo 4 Oktober 2015, angka jomblo mencapai 52 juta orang. Rentang usia jomblo, menurut dia, 18-40 tahun. Riset serupa juga dilakukan oleh Zola Yoana, pendiri Heart Inc. Menurut riset Zola, jumlah jomblo di atas usia 27 tahun meningkat dua persen setiap tahun pada 2010 hingga 2014.
Pada 2010, jumlah jomblo pria mencapai 4,9 juta orang sementara jomblo perempuan mencapai 4,7 juta. Angka ini meningkat drastis pada 2014, jumlah jomblo pria mencapai 5,1 juta dan perempuan mencapai 5 juta.
Jika dilihat dari karier, ia mengatakan kebanyakan jomblo memiliki karier bagus. "Kebanyakan menengah atas, berkarier bagus dan berpendidikan tinggi," kata dia.
Sedangkan, pendiri The Indonesia Dating Service Srie Mandaline Hendra, 60 tahun mengatakan banyak kaum jomblo Indonesia yang menjadi member situs perjodohan kelas internasional. Ia menyebutkan Match.com, Shaadi.com, dan Perfectmatch.com yang biasa diikuti oleh jomblo dari Indonesia. "Ini menunjukkan jumlah single di Indonesia banyak," kata dia.
Peluang bisnis biro jodoh jadi seksi, buktinya, dengan mengetikkan kata biro jodoh di mesin perambah gratis, beragam situs pencari jodoh dapat dengan mudah ditemukan. "Pada akhirnya saya memilih biro jodoh sebagai jalan keluar karena pergaulan semakin sempit," kata Adi Darmawan, 35 tahun, anggota Indonesia Dating Service. Biro jodoh ini mampu membuat anggotanya, Linda Lim, 30 tahun, yang berprofesi sebagai pengusaha menemukan jodohnya. "Sebentar lagi saya menikah loh," kata dia.
HERU TRIYONO | DINI PRAMITA