TEMPO.CO, Islamabad - Pada peringatan 14 tahun serangan 11 September di Amerika Serikat, pemimpin Al-Qaeda telah membidik musuhnya dalam sebuah pidato penuh kemarahan, tapi kali ini bukan Amerika. Sasaran kemarahan kelompok ekstremis itu adalah kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Perang tersebut adalah peperangan yang "tak terdamaikan".
Dikutip dari ABC News, Kamis, 10 September 2015, Ayman al-Zawahiri, dokter asal Mesir yang menggantikan peran Osama bin Laden di Al-Qaeda empat tahun lalu, dalam sebuah pesan audio terbarunya menuduh pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, telah menghasut dengan mengatakan bahwa ia dan kelompoknya, Al-Qaeda, bukanlah pemimpin semua umat Islam. Ayman juga menyebut ISIS telah merendahkan Al-Qaeda. Dia menanggapi pernyataan Al-Baghdadi yang disampaikan 14 bulan lalu di sebuah masjid Mosul.
Dalam rekaman itu, Al-Zawahiri juga mengeluh bahwa Baghdadi telah mengabaikan muslim yang menderita di Gaza dan di Pakistan. "Kami lebih suka merespons sesedikit mungkin, tapi keluar dari tindakan untuk memadamkan api penghasutan," kata Zawahiri. "Namun Abu Bakr al-Baghdadi tidak memberikan kami pilihan. Dia telah menuntut bahwa semua mujahidin harus membatalkan dan menolak janji kepada kepatuhan (Al-Qaeda) dan membuat mereka berjanji untuk apa yang mereka klaim sebagai kekhalifahan."
Perbedaan yang semakin meruncing dari kedua kelompok ekstremis itu mendapat perhatian pengamat. "Ini cukup menarik," ujar mantan Direktur Pusat Kontra-Terorisme Nasional Matthew Olsen. “Zawahiri sampai sekarang belum bersedia secara terbuka mengutuk Baghdadi dan ISIS. Ini menyoroti seberapa dalam perbedaan antara kepemimpinan Al-Qaeda dan ISIS.”
Menurut dia, dengan situasi terbaru ini, Amerika seharusnya bisa mengeksploitasi kedua kelompok. AS bisa menggunakan informasi palsu untuk membuat ancaman terhadap milisi kedua kelompok satu sama lain dan mendesain pertempuran.
ISIS, sebelumnya cabang Al-Qaeda di Irak, memisahkan diri dua tahun lalu.