TEMPO.CO , Bandung: Sebanyak enam buah buku tebal kamus Bahasa Sunda akan dipamerkan di ajang Frankfurt Book Fair, Jerman, pada 15 Oktober 2015. Buku yang kini masih berupa contoh itu dua pekan lalu telah dikirim ke perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) di Belanda.
“Nanti juga akan kami serahkan ke perpustakaan di Frankfurt,” kata salah seorang penggagas dan awak tim penyusunan kamus, Rachmat Taufiq Hidayat, kepada Tempo, Sabtu, 15 Agustus 2015.
Buku berjudul Kamus Utama Basa Sunda yang totalnya ditargetkan mencapai 10 ribu halaman tersebut, dijadwalkan rampung pada Oktober 2015, bertepatan dengan bulan Bahasa Ibu. Sejauh ini, buku kamus itu baru setebal 7.800 halaman. Setiap buku yang terbagi dalam kelompok abjad tertentu, tebalnya berkisar 1.000-1.400 halaman.
Pengenalan kamus tersebut di Eropa, kata Taufiq, merupakan bagian acara dari peserta Ikatan Penerbit Buku Indonesia Jawa Barat yang akan berangkat ke ajang Frankfurt Book Fair, Jerman. Pada acara yang berlangsung 12-18 Oktober 2015 itu, mereka hanya punya jatah waktu satu jam untuk mengenalkan bahasa Sunda ke pengunjung pameran.
“Untuk mengenalkan bahasa Sunda secara luas, juga menyadarkan pemerintah untuk berupaya kuat melestarikan bahasa daerah di Indonesia,” ujar Taufiq.
Kamus itu memuat 150 ribu lema dan sub lema. Semua katanya berbahasa Sunda. Pengumpulan kata-kata itu, kata Taufiq, mayoritas berdasarkan kata yang tertulis, seperti buku atau majalah lawas maupun baru. Dari proses pengumpulan itu, misalnya, ada temuan menarik soal kimono.
Berdasarkan buku fiksi berbahasa Sunda tiga jilid yang berjudul Carios Lalampahan Bi Sarinem, kata Taufik, istilah kimono sudah tercatat pada karya cetakan 1926 itu. Ceritanya, ada orang Tasikmalaya yang membeli pakaian tradisional Jepang itu di Pasar Baru Bandung untuk dijual lagi di kampungnya. “Ternyata sebelum Jepang masuk ke Indonesia, kimono sudah lebih dulu dikenal,” ujar Taufiq.
ANWAR SISWADI