TEMPO.CO, Jakarta - Demam berburu "om telolet om" melanda semua daerah. Pada pengujung 2016 ini, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan surga bagi pemburu klakson bus atau truk. Sebab, dipastikan ribuan bus pariwisata masuk ke kota wisata ini.
Para pemburu “telolet” di Daerah Istimewa Yogyakarta melakukannya di berbagai tempat. Terutama di jalanan ke arah lokasi wisata, seperti Jalan Laksda Adi Sucipto, Jalan Kusumanegara, Jalan Kaliurang, jalan menuju Jogja Bay, bahkan di atas jembatan layang Janti.
Namun Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau perburuan “telolet” tidak membahayakan keselamatan kendaraan dan orang. Apalagi para pemburu bunyi klakson “telolet” dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
"Tujuannya untuk kesenangan, tapi jangan membahayakan. Kalau membahayakan, kami tertibkan," kata Ajun Komisaris Besar Latif Usman, Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, 23 Desember 2016.
Ia menyatakan, jika para pemburu suara klakson “telolet” ini tertib dan berdiri di pinggir jalan serta tidak mengganggu lalu lintas dan tidak membahayakan, tidak ada masalah. Namun, jika ada yang sampai menghalangi perjalanan bus, mereka akan ditindak karena membahayakan dan mengganggu arus lalu lintas. "Harus tertib dan hati-hati. Kami juga berkoordinasi dengan dinas perhubungan soal ini," ujarnya.
Biasanya, para pemburu “telolet” melakukan perburuan bergerombol pada sore hari. Lokasi yang dipilih selalu di pinggir jalan. Namun yang berbahaya adalah menunggu "telolet" di jalan layang, seperti di jalan layang Janti. Beberapa orang bergerombol di pemisah dua jalur di atas jembatan. Jika bus melintas dari arah selatan, mereka akan meminta “om telolet om” dari arah itu. Begitu juga sebaliknya.
Memang pemandangan di titik ini sangat indah. Di utara terdapat Gunung Merapi, sementara di langit banyak melintas pesawat yang terbang rendah karena akan mendarat di Bandara Adisutjipto.
"Kalau kami cukup di pinggir jalan yang aman. Yang penting, kami senang kalau sopir bus merespons ‘telolet’ permintaan kami. Bahagia itu sederhana, kok," kata Rizal, salah satu “telolet hunter” di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta
MUH SYAIFULLAH