Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah dari Balik Kemudi Mobil Presiden

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta: Suatu hari pada 1999, mobil yang membawa Presiden B.J. Habibie dan Ny. Hasri Ainun nyaris tak bergerak. Massa salah satu partai memadati Jalan Sudirman, tepat ketika iring-iringan mobil mereka melintas di tempat itu. Pasukan Pengamanan Presiden pun langsung berlari-lari membuat pagar betis di sekitar mobil. Namun, kecemasan tetap saja terasa. Di kursi belakang mobil, Habibie menenangkan istrinya, "Tenang saja, Mam. Mobil ini kan antipeluru."Itulah salah satu kisah Sersan Mayor (Marinir) Pranto Jaya, yang berpengalaman menjadi pengemudi dua presiden: Habibie dan Abdurrahman Wahid. Ia juga dipercaya menjadi pengemudi Megawati Soekarnoputri, ketika menjadi wakil presiden, dan Hamzah Haz. Sebagai sopir VVIP (very very important person), Jaya menjadi saksi aktivitas para petinggi negeri ini selama dalam perjalanan. Jaya yang mengaku menjadi pengemudi mobil kepresidenan sejak 1990, mengaku punya kesan dan kenangan tersendiri terhadap masing-masing petinggi. Dia merasa kagum dengan kerja keras Habibie. Masuk Istana pada pukul 10.00 setiap hari, kata dia, Habibie baru keluar menjelang dini hari. Di dalam mobil selama perjalanan, menurut Jaya, Habibie yang pakar aeronautika pun asyik dengan komputer jinjingnya. Ketika sebagian masyarakat terus mencacinya, Habibie pun berkeluh, "Biarlah, Jaya, itu karena mereka tak mengerti apa yang saya kerjakan."Dengan Abdurrahman Wahid, Jaya merasa tak memiliki jarak. Maklum, pembawaan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu memang bersahaja. Jaya yang lahir di Tanjung Pinang pada 1960 itu mengaku ikut tertawa lepas saat Presiden mengeluarkan lelucon-leluconnya.Di perjalanan, kata Jaya, Wahid kerap memintanya memutar karya-karya klasik Beethoven. Sesekali Wahid juga suka menyanyikan tembang Jawa. Namun, ia menyimpan keluhan ketika bergabung dengan presiden ke-4 yang memiliki mobilitas tinggi itu. "Saya tidak bisa salat dengan khusyuk," kata dia, "karena harus selalu siap sedia di balik kemudi."Satu pengalaman Jaya ketika "membawa" Hamzah Haz adalah ketika dia harus nyelonong ke jalur busway, beberapa bulan lalu. Ia mengaku menyesal, karena setelah itu banyak orang mengecam Wakil Presiden. Dia tahu betul, Hamzah tidak bersalah. Menurut Jaya, perintah masuk jalur khusus itu justru datang dari polisi di lapangan, karena ada sekelompok orang berdemonstrasi. "Bapak (Hamzah) nggak tahu-menahu, karena beliau langsung ngaji kalau sudah masuk mobil," katanya. Bagaimana dengan Megawati? Karena amat pendiam, Jaya mengaku tak punya cerita menarik. Yang dia ingat, Ibu Wakil Presiden suka sekali dengan lagu-lagu India. "Saya pernah diminta merekam soundtrack film Taal," ujarnya.Untuk bisa menjadi sopir kepresidenan, Jaya harus melewati serangkaian tes. Setelah lulus psikotes dan mental ideologi di Badan Intelijen Strategis, dia digembleng di Sirkuit Sentul selama dua pekan. Pelatihnya adalah para pembalap senior seperti Tinton Suprapto dan Aswin Bahar. Di sana, Jaya dan kawan-kawannya dilatih mengemudi zigzag, miring, dan masuk garasi. Semuanya dengan kecepatan tinggi. Ayah tiga anak itu mengaku, menjadi sopir VVIP bukan cita-citanya. Namun, kini, ia bangga dengan pekerjaannya. Banyak orang bisa mengendarai mobil, tapi menjadi sopir petinggi negeri? "Bisa dihitung dengan jari," ujarnya. Sayang, Jaya kini tak lagi mengemudi untuk Presiden Yudhoyono. Jika masih, bisa jadi ia harus banyak memutar Pelangi di Matamu, "lagu wajib" sang Presiden selama kampanye. Sudrajat?Tempo
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

9 hari lalu

Reza Rahadian dan BCL dalam film My Stupid Boss.  foto: dok. Falcon Pictures
Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

Selain Dian Sastro dan Nicholas Saputra, Indonesia punya pasangan aktor Reza Rahadian dan BCL yang kerap dipasangkan dalam film.


Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

16 hari lalu

Adrie Subono. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

Adrie Subono adalah promotor musik yang berpengalaman menghadirkan konser penyanyi dalam dan luar negeri. Ia juga merupakan keponakan dari B.J. Habibie.


Laporan Investigasi dan Cover Majalah Tempo Pernah Dilaporkan, Ada Soal Soeharto Sampai Jokowi

22 hari lalu

Sampul majalah TEMPO edisi 16 September 2019. dok. TEMPO
Laporan Investigasi dan Cover Majalah Tempo Pernah Dilaporkan, Ada Soal Soeharto Sampai Jokowi

Beberapa kali laporan investigasi dan cover Majalah Tempo pernah dilaporkan ke Dewan Pers oleh berbagai pihak. Soal apa saja, dan siapa pelapornya?


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

23 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Solihin GP Berpulang, Menjadi Gubernur Jawa Barat di Usia 44 Tahun

23 hari lalu

Solihin GP dan Presiden Soeharto (Dok. Facebook/Sejarah Sunda)
Solihin GP Berpulang, Menjadi Gubernur Jawa Barat di Usia 44 Tahun

Selain sempat menjadi orang kepercayaan Soeharto, Solihin GP berperan dalam Agresi Militer Belanda pada 1947. Ini karier militer dan politiknya.


Jokowi Tetapkan Prabowo Jenderal Kehormatan TNI, Mengapa Dulu Dia Diberhentikan dari Militer?

30 hari lalu

Presiden Joko Widodo saat memberikan kenaikan pangkat secara istimewa  kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto disela-sela Rapat Pimpinan TNI-Polri Tahun 2024 di Markas Besar (Mabes) TNI, Cilangkap, Jakarta, Rabu 28 Februari 2024. Menhan RI Prabowo Subianto merupakan seorang purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir jenderal bintang tiga atau letnan jenderal. Prabowo keluar dari kedinasan setelah diberhentikan dengan hormat sebagaimana Keputusan Presiden (Keppres) Nomor: 62/ABRI/1998 yang diteken oleh Presiden Ke-3 RI B. J. Habibie pada 20 November 1998. TEMPO/Subekti.
Jokowi Tetapkan Prabowo Jenderal Kehormatan TNI, Mengapa Dulu Dia Diberhentikan dari Militer?

Prabowo Subianto dapat pangkat jenderal kehormatan TNI dari Jokowi. Bagaimana kisahnya dulu ia diberhentikan dari militer? Apa alasannya?


Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

44 hari lalu

Presiden Joko Widodo berbincang dengan warga penerima manfaat pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Dalam kesempatan tersebut Presiden memastikan Pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

Tujuh Presiden RI miliki cerita pada akhir masa jabatannya. Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi punya takdirnya.


Peristiwa Besar Mengiringi Lengsernya Soeharto, Termasuk 14 Menteri Mundur Bersama-sama

27 Januari 2024

Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 setelah 32 tahun menjabat. wikipedia.org
Peristiwa Besar Mengiringi Lengsernya Soeharto, Termasuk 14 Menteri Mundur Bersama-sama

Beberapa peristiwa besar libatkan Soeharto hingga proses lengsernya, pada 21 Mei 1998. Termasuk kerusuhan Mei 1998 dan 14 menteri mundur bersama-sama.


Profil Ayah Maruarar Sirait, Sabam Sirait Salah Seorang Pendiri PDIP

16 Januari 2024

Tempo/Amston Probel
Profil Ayah Maruarar Sirait, Sabam Sirait Salah Seorang Pendiri PDIP

Maruarar Sirait, putra salah seorang pendiri PDIP memutuskan mundur dari PDI Perjuangan. Berikut profil Sabam Sirait.


KNKT Investigasi Kecelakaan Kereta di Cicalengka, Ini Profil Komite Nasional Keselamatan Transportasi

8 Januari 2024

KNKT Investigasi Kecelakaan Kereta di Cicalengka, Ini Profil Komite Nasional Keselamatan Transportasi

KNKT melakukan investigasi kecelakaan kereta di Cicalengka, Jawa Barat. Berikut profil dan lingkup tugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi.