Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kembalinya Maria Tjui

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Perempuan itu duduk di kursi, di atas pasir pantai. Dia mengambil posisi yang paling nyaman dengan kaki sedikit membuka. Kulitnya yang telah keriput tak bisa menipu usianya yang beranjak senja, 73 tahun. Tapi tangannya masih cekatan menorehkan cat akrilik di permukaan kanvas.Maria Tjui, perempuan itu, adalah perupa senior angkatan 1960-an. Malam itu, beberapa bulan lalu, dia mengabadikan kemolekan pantai Cilincing, Jakarta. Sejak sore dia telah bersiap-siap beberapa meter dari bibir pantai. Segera saja kapal-kapal nelayan yang sedang ditambatkan di pantai seperti dipindahkan ke kanvas. Maka jadilah lukisan bertajuk Nelayan Cilincing.Karya-karya yang dibikin dalam dua tahun terakhir itu dipamerkan di Balai Budaya Jakarta hingga Minggu lalu. Ini pameran lukisan tunggal pertama yang digelarnya sejak sembuh dari penyakit komplikasi yang dideritanya. Selama sekitar dua tahun, dia absen dari dunia seni rupa, lalu kembali aktif melukis mulai 2005.Maria lahir di Pariaman, Sumatera Barat, pada 14 Mei 1934. Awalnya, dia belajar melukis di Seniman Indonesia Muda, Yogyakarta, pada 1955-1958 di bawah bimbingan S. Sudjojono. Kemudian dia belajar seni patung di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), Yogyakarta, pada 1961-1963.Lulus dari ASRI, dia terbang ke Bali dan tinggal di Desa Peliatan, Ubud. Di sana dia mendalami seni dan kehidupan rakyat Bali. Bersama sejumlah pelukis Peliatan, dia mendirikan Sanggar Purnama.Pada 1967, dia melawat ke beberapa negara di Asia. Selama tiga tahun di mancanegara, beberapa kali dia menggelar pameran tunggal. Kemudian dia kembali ke Tanah Air dan melakukan berbagai pameran tunggal dan bersama.Pada 1991, Maria kembali menggelar pameran bersama para pelukis dunia yang diwakili sekitar 67 negara. Pameran ini dimotori International Advisory Committee, Very Special Arts di John F. Kennedy Center, Washington, DC, Amerika Serikat.Kembali berkarya dan berpameran setelah lebih dua tahun lebih, bagi Maria, sangat luar biasa. "Seperti tanaman tua yang layu, saya baru tumbuh kembali. Makanya saya bersyukur masih diberi kesempatan berkarya," ujarnya.Balai Budaya, tempat dia biasa menggelar pameran, pun hidup kembali. Gedung yang menjadi saksi riwayat Maria bertahun-tahun berkreasi seolah bangun dari mati suri. Gedung ini sempat dikosongkan lantaran banjir yang menghampiri Jakarta beberapa tahun lalu.Maria dikenal sebagai pelukis alam. Dengan media cat akrilik pada kanvas, dia memotret setiap obyek yang dilihat dan dirasakan. Dia tak membatasi jenis obyek yang akan dilukis. Apa pun yang dinilai menarik dilahapnya, termasuk lukisan nelayan Cilincing.Maria punya cita-cita besar. Dia ingin membangun museum seni di Nusa Dua, Bali. Di atas tanah yang telah dibelinya beberapa waktu lalu, dia ingin mengabadikan karya seni. Rencananya, museum itu akan diisi dengan beberapa lukisan koleksi pribadi, keramik, cendera mata, dan barang-barang antik yang telah lama disiapkan.Untuk membangun museum itu, dibutuhkan biaya yang mencapai Rp 3-4 miliar. "Tapi saya belum punya uang untuk membangun," tuturnya.Bali dipilih karena kawasan wisata ini telah dikenal dunia. Selain itu, masyarakatnya sangat sayang dan hormat terhadap seni. Ini berbeda dengan Jakarta yang kegiatannya tidak berfokus pada seni, tapi lebih ke perdagangan dan industri.Di Pulau Dewata itu pula Maria ingin menetap untuk menghabiskan masa tuanya.RETNO SULISTYOWATI
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

Direktur Seni Nuit Blanche, Sean C.S Hu menyampaikan program Nuit Blanche ketiga di kota Taipei, Taiwan, 4 Oktober 2018.  Martha Warta Silaban/TEMPO
500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.


Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Meme Setye Novanto. twitter.com
Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto


Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Seniman Teguh Ostenrik tengah mempersiapkan karyanya yang akan dipajang di Kalijodo. Foto: Gino Hadi Franky
Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.


Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Ilustrasi wanita membuat video. shutterstock.com
Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.


Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

I Putu Sunarta dan dua gitar Divart karyanya jenis akustik dan elektrik. Lokasi di rumahnya, Banjar Dukuh, Desa Penebel, Tabanan, Bali, Selasa, 11 Juli 2017/BRAM SETIAWAN
Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.


Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku - Arie Smit, Maestro Pemburu Cahaya.  Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.


Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Direktur Museum Van Gogh, Axel Rueger (kiri), berpose di samping lukisan
Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.


Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Seniman asal Jogja, Gatot Indrajati. idchinaart.org
Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.


Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Ratna Riantiarno memotong tumpeng usai menggelar persiapan pementasan lakon
Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.


Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

TEMPO/Tony Hartawan
Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.