Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tisna Sanjaya Akan 'Beraksi' Di Galeri Nasional  

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Bandung:Di atas kanvas berlumur lem kayu, lelaki bersarung itu telungkup. Kepalanya tertutup kaus oblong putih. Ia tak berbaju. Delapan bilah arit mengelilingi tubuhnya. Belasan pemburu berita dan fotografer mengelilingi. Sinar lampu kilat menjilat-jilat tubuhnya. Dua pembantu pria dan wanita lalu menaburkan bubuk arang hitam dan merah ke seluruh bagian kanvas yang tersisa.

Beberapa saat kemudian, si pria bersarung tanpa baju itu tiba-tiba bangun. Ia lalu membuka kaus yang menutup seluruh wajah dan rambut gondrongnya. "Karya ini untuk 11 korban tragedi di gedung AACC Februari lalu, do'a untuk mereka" kata pria bersarung itu. Yang dimaksudnya adalah peristiwa kericuhan konser musik underground di gedung Asia-Africa Cultural Center Bandung pada 9 Februari lalu, yang menewaskan 11 penonton remaja.

Itulah aksi seniman Tisna Sanjaya, pria bersarung itu, seusai acara rilis pers tentang pameran tunggal yang akan digelarnya di Galeri Nasional Indonesia, Jalan Merdeka Timur Nomor 14, Jakarta, mulai 18 hingga 31 Desember.

Di bawah tajuk "Ideocracy: Rethinking the Regime of Etching", Tisna akan menampilkan sekitar 130-an karya sejak tahun 80-an hingga yang terbaru, terdiri dari karya grafis, lukisan, master plate, instalasi, dan drawing.

"Ini pameran tunggal dengan jumlah karya terbesar yang pernah saya lakukan,"kata Tisna saat jumpa pers di studio pribadinya di aula bekas sebuah barak tentara di Jalan Setiabudi Bandung, Minggu (14/12).

Salah satu karya yang akan ditampilkan di Galeri Nasional adalah "Tubuh Lima Waktu'. Karya di atas beberapa kanvas dengan 'cat' lumpur asli dari lokasi kampung yang terendam lumpur Lapindo di Sidoarjo itu menggambarkan sosok dengan posisi tubuh sedang sholat.

"Cara melukisnya saya telanjang, seluruh tubuh dilumuri lumpur Lapindo lalu saya tengkurap di atas kanvas,"kata Tisna.

Karya lainnya adalah "Amnesia Kultural" yang terdiri 14 kanvas besar. Bahannya atara lain adalah kanvas dari kain loreng hijau tentara dan arang hitam. Cara melukisnya hampir sama dengan dengan lukisan untuk para korban tragedi AACC.

"Karya ini tentang betapa mudahnya kita melupakan 32 tahun kekerasan rezim militeristik Suharto,"ucanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Galeri Nasional nanti, Tisna akan menggelar performing art. Medianya adalah patung dari bahan gedebok pisang, bambu, dan arit. Patung sosok manusia itu ditulisi 99 nama Allah atau Asmaulhusna.

Rencananya, Tisna akan membacok-bacok patung dari gedebok pisang itu sambil meneriakkan Tuhan. Lewat aksi itu Tisna ingin mengeritik fenomena kekerasan atas nama agama dan saling klaim antar kelompok yang masing-masing mengaku 'paling benar' atas nama Tuhan.

"Saling rebutan Tuhan,"katanya. Karya tersebut akan dipajang hingga pameran usai di akhir tahun. "Sampai gedeboknya busuk, berulat,"ujarnya.

Tisna Sanjaya adalah seniman asal Bandung yang dikenal acap menciptakan karya seni kontemporer bertema kritik sosial dan lingkungan.

Dosen Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung ini belakangan kerap menggunakan bahan arang, abu sisa peristiwa kebakaran, tanah, aspal, lumpur, air selokan, barang sisa, sampah, dan sebagainya. "Benda-benda terpinggirkan yang ada di lingkungan kita," katanya.

Dalam beberapa karya terakhir yang akan dipamerkan nanti, Tisna juga mulai menggunakan media baru, yakni arit. Arit adalah perkakas untuk menyabit rumput. "Arit itu lambang rakyat yang terpinggirkan modernisasi,"tandasnya.

Pameran yang dikuratori Jim Supangkat dan Rizki A. Zaelani itu rencananya dibuka oleh budayawan Goenawan Mohamad pada Kamis (18/12) malam pukul 19.30 WIB.

Erick P. Hardi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Musikus Bengal: Harry Roesli
Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.


Asyiknya Merakit Gundam Plastik

22 Oktober 2023

Asyiknya Merakit Gundam Plastik

Berawal dari anime serial Gundam, banyak orang tertarik merakit model kit karakter robot tersebut.


Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

30 Juni 2023

Konferensi pers  Solo Exhibition
Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

Pameran seni kontemporer ini dibuka untuk umum tanpa reservasi dan tidak diperlukan biaya masuk.


Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

28 Agustus 2021

Pameran tunggal Zahrah Zubaidah alias Zazu bertajuk Studi Karantina. (Dok.Orbital Dago)
Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

Zahra Zubaidah tidak menyangka, sekolah seni ternama itu terbatas hanya mengandalkan seni kontemporer.


Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

8 Juli 2021

Karya seni instalasi karya sutradara Riri Riza berjudul Humba Dreams (un)Exposed dipajang di Artjog 2019. TEMPO | Shinta Maharani
Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

Menparekraf Sandiaga Uno mengapresiasi penyelenggaraan Artjog sebagai ruang yang mempertemukan karya seni para seniman dengan publik secara luas.


Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Tari Legong Semarandana dalam pertunjukan Budaya Pusaka Kita: Bangga pada Budaya Nusantara yang digelar Wulangreh Omah Budaya., Sabtu, 13 Februari 2021. Tempo/Inge Klara Safitri.
Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.


Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

28 Juli 2019

Sutradara Riri Riza saat menghadiri gala premiere film Athirah di XXI Epicentrum, Jakarta, 26 September 2016. Film ini diperankan aktor diantaranya Cut Mini, Christoffer Nelwan, Indah Permatasari, Tika Bravani, dan Jajang C Noer. TEMPO/Nurdiansah
Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

Seni instalasi karya Riri Riza bersama seniman lainnya berjudul Humba Dreams (un) Exposed ditampilkan di Artjog 2019 di Yogyakarta.


Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

26 Juli 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka Artjog 2019 di Jogja National Museum Yogyakarta. TEMPO | Shinta Maharani
Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

Menteri Keuangan Sri Mulyani membuka Artjog 2019 dan berbicara di panggung selama 10 menit tanpa teks.


Fakta Cooke Maroney, Art Dealer Tunangan Jennifer Lawrence

7 Februari 2019

Cooke Maroney (Artforum)
Fakta Cooke Maroney, Art Dealer Tunangan Jennifer Lawrence

Tunangan Jennifer Lawrence, Cooke Maroney, adalah seorang art dealer seni kontemporer. Ia pernah bekerja dengan beberapa tokoh seni Amerika.


Nuit Blanche Taiwan 2018, Museum Tanpa Dinding

7 Oktober 2018

Pengunjung Nuit Blanche Taipei 2018 berfoto di instalasi bertajuk Hug di kota Taipei, Taiwan, Sabtu, 6 Oktober 2018. (Martha Warta Silaban/ TEMPO)
Nuit Blanche Taiwan 2018, Museum Tanpa Dinding

Sejak Sabtu malam hingga pagi hari, pengunjung Nuit Blanche dapat menikmati 70 pertunjukan dan 43 instalasi seni yang tersebar di kota Taipei, Taiwan.