Diki, panggilan akrab Mahardika, mengingatkan kembali benak kita akan senam Jumat pagi yang wajib diikuti murid sekolah pada era 1980-1990an. Selama rentang dua dekade, lagunya kemudian berubah-ubah. Tapi adalah ting, .. ting, tong, ting, tong, ting yang mengawalinya. Ilustrasi musik ini digunakan Diki dalam video berdurasi tujuh menit berjudul Sunrise Jive – satu dari sepuluh video yang dipamerkan.
Diawali dengan gambar papan pengumuman dan mesin absensi, gambarnya kemudian berpindah ke belasan pria muda berseragam, bertopi proyek dalam formasi berjajar. Mereka pekerja pabrik mobil asal Jepang di Jakarta Utara. Kala itu pertengahan 2005. Pria-pria muda itu bersiap melakukan ritual senam pagi – yang sama wajibnya, namun sama membosankannya seperti senam para murid sekolah duapuluh tahunan lalu itu.
Ting, .. ting, tong, ting, tong, ting... tak ada yang bergerak terlampau semangat. Sekadar membungkuk, berkacak pinggang, memutar pinggul. Tapi seperti dikomando, di titik melodi tertentu mereka melompat-lompat berkeliling seperti kelinci, 360 derajat. Sepertinya ini satu-satunya gerakan yang menggairahkan dari senam itu.
Mahardika Yuda (28 tahun), si pembuat video, mengambil imaji ini lewat kamera kreditnya, Sony DCR-HC 15 E Pal yang ukurannya hanya segenggaman tangan orang dewasa. Pada 2003, ia drop-out dari jurusan jurnalistik sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Butuh uang, ia dua tahun bekerja di pabrik itu sebagai pegawai di gudang cat. Gajinya Rp 632 ribu. Ia salah satu pria yang melakukan senam pagi itu.
Diki belajar menggunakan kamera sejak terlibat dalam Massroom project, proyek dokumenter tentang Jakarta yang diilhami ruangrupa, kelompok seniman yang banyak mengangkat isu urban. Massroom Project telah ditayangkan di berbagai negara, antara lain International Under Construction 2004 Rotterdam, Sao Paolo International Short Film Festival Brazil, Spanyol, Jerman dan banyak lagi.
Baca Juga:
Diki mengartikan footage sebagai bahan dasar untuk membuat karya audio visual. Video-video Diki terbagi dalam dua segmen: Hunian dan Sejarah serta Pabrik dan Kota. Isinya dominan pada hal-hal keseharian, seperti naik sepeda ontel, perjalanan naik busway di Jakarta, kehidupan rumah tangga. Ketika ia pergi ke luar negeri, ia mengambil gambar orang memancing ikan, buruh bangunan dan ferry perlintasan yang ramai. Sesungguhnya, menurut Diki, yang ia rekam adalah kehidupan manusia. “Pelajari manusianya, baru ambil gambarnya pada momen yang tepat,” kata dia.
KURIE SUDITOMO