Teguh lantas menghadirkan keindahan sosok perempuan hamil itu dalam pameran tunggalnya, Linea Nigra. Sebanyak lima patung baja dan sebelas lukisan karya Teguh dipamerkan di CG Artspace, Plaza Indonesia, Jakarta. Pameran yang berlangsung hingga 22 Juni mendatang itu bisa dinikmati pada pukul 10.00-22.00 WIB.
Dalam dunia kedokteran, linea nigra ditujukan untuk menyebutkan sebuah garis gelap yang terbentang dari tengah perut sampai ke bawah. Garis ini hanya muncul pada perut perempuan yang sedang hamil.
Melalui lima patung bajanya, perupa lulusan Jurusan Seni Murni di Hochschule der Kuenste, Berlin Barat, Jerman, ini justru tak mengumbar garis gelap tersebut. Ia lebih terkonsentrasi pada bentuk tubuh hamil seorang perempuan.
Dalam karya bertajuk The Changing Shape, misalnya, tubuh hamil dibentuknya separuh, dari dada hingga batas paha. Patung seberat 166,5 kilogram itu membentuk tubuh perempuan dengan perut buncit, dada besar, dan pantat yang montok--dalam posisi berdiri.
Lalu karya Tender to Touch juga sama. Posisi patung yang berukuran lebih mini, beratnya hanya 65 kilogram, ini sedang duduk. Namun bentuknya kian membentangkan perut hamil dan dada yang makin padat oleh ASI.
Baca Juga:
Kelima patung itu disusun berbaris, seolah menggambarkan proses kehamilan seseorang. Pada patung keempat, Big Enough, perut hamil itu bertambah buncit, dan puting susu terlihat lebih mekar. Di patung ini, Teguh seolah memamerkan masa menuju puncak.
Proses itu bermuara pada patung kelima, yang dibuat paling besar. Patung yang diletakkan di antara tangga berjalan di dalam mal tersebut berbobot 311 kilogram. Patung bertajuk Little Bundle of Joy itu merupakan sosok perempuan yang memasuki masa sembilan bulan proses kehamilannya.
Menurut kurator Chris Kerrigan, karya Teguh kali ini merupakan sebuah penghormatan atas perjuangan seorang perempuan hamil yang tak lain adalah istri perupa sendiri. “Penggambarannya, perempuan ini sebagai wadah kekuatan yang luar biasa,” katanya.
Kerrigan menambahkan, dalam karya-karya patung itu juga ada kompleksitas antara penggunaan material yang abstrak dan penggambaran kelembutan perempuan yang tengah mengandung. Seolah ada hubungan langsung di antara kubah baja yang menggambarkan perut buncit tersebut sebagai sebuah perisai. “Kubah baja itu mendefinisikan perut sebagai perlindungan tubuh seorang ibu bagi anak yang belum lahir.”
Hal itu tampak dalam karya bertajuk It’s Actually a Pleasure. Perut buncit yang sedari tadi dibuat mulus, dalam karya tersebut pada permukaan lempengan bajanya timbul sejengkal batang baja kecil. Kumpulan seperti duri ini mampu menghadirkan imajinasi perut sebagai perisai. Atau dari judulnya, mungkin inilah ekspresi ketabahan seorang perempuan hamil yang tak jarang merasakan sakit dan nyeri di perut.
Lalu, dalam karya-karyanya kali ini, Teguh tak lagi mengeksplorasi citra wajah dan topeng. Patung-patung yang ditampilkannya tak berkepala. Melalui lukisannya pun, ia merayakan keagungan dan kecantikan perempuan hamil. Juga kegelisahannya dalam penantian dari bulan ke bulan, serta perenungannya dan persiapan menyambut kelahiran anak.
Boleh dibilang, inilah partisipasi Teguh sebagai seorang suami sekaligus ayah. Seri ini bukanlah semata-mata studi tubuh hamil, melainkan sebuah upaya sang seniman dalam pencarian untuk memenuhi pemahamannya tentang tubuh hamil.
AGUSLIA HIDAYAH