TEMPO Interaktif, Jakarta - Enam dari tujuh terduga teroris di Klaten, Sleman, dan Sukoharjo merupakan siswa SMK Negeri 2 Klaten, Jawa Tengah. Meski berada di bawah pimpinan Atok, terduga teroris yang ditangkap di Sukoharjo, mereka tidak belajar dari Atok, melainkan belajar sendiri.
"Ya, terduga teroris ada yang sekolah di SMK," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Boy Rafly Amar, Kamis 27 Januari 2011.
Mengenai metode perekrutan, Boy mengaku belum tahu. Namun menurut dia, perekrutan itu hanya berdasar ajakan saja. "Karena sepaham, mereka pun ikut."
Adapun soal peran mereka dalam kelompok teroris, Boy menyatakan keenam terduga teroris itu tidak menjadi apa-apa. Apakah mereka akan jadi 'pengantin'--sebutan untuk orang yang disiapkan melakukan bom bunuh diri? "Belum sampai situ, tapi mereka dilibatkan dalam kegiatan terorisme," ujarnya.
Boy pun mengeluhkan keterlibatan anak-anak usia muda dalam kelompok teroris, terutama sebagai pelaku bom bunuh diri. "Tidak ada pelaku bom bunuh diri yang usia tua. Mereka kerjanya hanya memprovokasi saja," katanya.
Selasa (25/1) pagi lalu, Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap delapan terduga teroris di Jawa Tengah. Tujuh orang ditangkap di Klaten, antara lain Agung, Joko Lelono, Nugroho, Argo, Tri Budi, Yudho Anggoro dan Sigit Purnomo. Belakangan, pada Rabu (26/1) malam, Sigit Purnomo dilepas karena tak cukup bukti.
Penangkapan ketujuh orang itu merupakan pengembangan dari ditangkapnya Atok di Desa Waru, Kecamatan Baki, Sukoharjo. Mereka diduga terlibat bom rakitan di masjid, gereja dan pos polisi pada Desember 2010 dan awal Januari lalu.
CORNILA DESYANA