Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Wartawan Pemenang Pulitzer yang Ditahan Tentara Khadafi

image-gnews
Pasukan pemberontak saat mengejar tentara pro-Qhadafi  di perbatasan Kota Brega - Kota Ajdabiya, Kamis (7/4). Pasukan pemebrontak gagal merebut kembali Kota Brega yang sudah dikuasai pasukan Qadhafi. TEMPO/ Arie Basuki
Pasukan pemberontak saat mengejar tentara pro-Qhadafi di perbatasan Kota Brega - Kota Ajdabiya, Kamis (7/4). Pasukan pemebrontak gagal merebut kembali Kota Brega yang sudah dikuasai pasukan Qadhafi. TEMPO/ Arie Basuki
Iklan

TEMPO Interaktif, Oklahoma City - Anthony Shadid mengaku menyesal tetap bertahan di Libya. Wartawan pemenang hadiah Pulitzer ini ditahan oleh pasukan yang setia kepada Moammar Kadhafi, mengungkapkan rasa bersalah karena memutuskan untuk bertahan di kota Libya hingga menyebabkan supirnya yang masih muda tewas.

Kamis lalu, Shadid yang menjadi Kepala Biro New York Times di Beirut ini secara emosional menjelaskan kepada audiens di Oklahoma City, bagaimana dia dan tiga rekannya dipukuli dan diancam pada tanggal 15 Maret ketika mereka melaju ke pos pemeriksaan yang dijaga oleh pasukan Kadhafi.

Shadid, bersama reporter sekaligus videografer Lynsey Addario, dan fotografer Tyler Hicks dan Stephen Farrell ditarik keluar mobil dan disekap selama enam hari. Tapi sopir mereka, Mohammed Shaglouf, 21 tahun, tak terlihat sejak penangkapan itu.

Shadid, yang pernah menjadi kepala biro di Kairo untuk The Associated Press dan dua kali memenangkan Hadiah Pulitzer untuk liputan perangnya, mengatakan bahwa ia telah menelpon ayahnya, Buddy, pada malam sebelum ia ditahan. Dia sempat diperingatkan untuk tidak kembali ke daerah tersebut. "Mungkin sedikit angkuh atau sombong, saya berkata, 'Ok ayah saya tahu apa yang saya lakukan.. Aku sudah pernah dalam situasi seperti ini sebelumnya.'"

Shadid berbicara di depan lusinan orang di Oklahoma City National Memorial and Museum. "Saya kira pada beberapa tingkat saya merasa bahwa jika aku tidak bercerita, maka cerita ini tidak akan pernah diberitakan."

Shadid mengatakan bahwa dia yakin bahwa pertempuran di Ajdabiya, yang terletak di Libya bagian timur, akan menjadi "yang menentukan dan penting." Para pemberontak berusaha melawan pemerintahan Kadhafi selama empat dekade di negara itu. "Saya pikir saya sudah cukup untuk cerita yang panjang sebelumnya, tetapi seperti ada sesuatu yang membuat saya harus bertahan."

Setelah wawancara dengan dokter, pasien, penduduk, dan pejuang di garis depan, Shadid datang ke pos pemeriksaan sebelum menyadari bahwa yang dihadapi adalah tentara Khadafi, bukan pemberontak. Saat itu, Shaglouf, sopir muda itu, mengatakan bahwa mereka adalah wartawan, sejurus kemudian semua penumpang ditarik keluar dari mobil.

Mendadak terjadi baku tembak di sekitar mereka dan mereka melarikan diri di belakang beton gudang. Setelah itu, Shadid berbicara kepada para prajurit dalam bahasa Arab.Namun, prajurit itu tidak bisa membantu karena mereka percaya Shadid adalah mata-mata. Mereka kemudian memaksa rombongan tiarap di tanah. "Ketika mereka menyuruh tiarap, maka anda berharap ditembak di kepala, saat dieksekusi."

Shadid dan rekan lainnya diikat dengan kawat, mata tertutup, dipukul dengan kepalan tangan dan popor senapan serta diancam akan dibunuh. Selama beberapa hari berikutnya, mereka ditahan di sebuah ruangan dengan empat kasur kotor dan dinding penuh grafiti. Mereka diperbolehkan untuk membaca Shakespeare dan kadang-kadang menonton CNN, yang memberitakan penahanan mereka. Kini Shadid lega bisa pulang ke Beirut dan bertemu istrinya, Nada Bakri, dan putri. "Bila Anda khawatir tidak bisa pulang ke rumah, rumah menjadi terasa jauh lebih penting,” katanya sambil senyum.

Sementara Bakri, istri Shadid tak keberatan suaminya kembali dikirim ke tempat konflik. "Sebagai seorang jurnalis, saya mengerti apa yang dia lakukan, mencoba untuk menceritakan kisah orang-orang tertindas. Pada akhirnya, dia adalah suami saya, meski hidup tanpa dia dan membesarkan anak-anak adalah hal yang mengerikan," katanya.

Selanjutnya Shadid dan keluarga berencana untuk kembali ke Lebanon minggu depan. Hemm......

CA| NUR HARYANTO


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

10 September 2018

Ladang minyakperusahaan minyak Italia Eni di Mellitah, Libya. AP/Eni Press office
Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

Sejumlah pria bersenjata menyerang kantor pusat perusaahan minyak nasional Libya, NOC, di Tripoli, Senin 10 September 2018.


Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

18 Mei 2018

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melambai tangan dari mobilnya saat ia kembali ke Korea Utara usai mengadakan pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, 27 April 2018. (Korea Summit Press Pool via AP)
Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

Trump mengatakan penyelesaian denuklirisasi Korea Utara tidak akan menggunakan model Libya, seperti disuarakan penasehat Keamanan AS, John Bolton.


Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

11 Juni 2017

Saif al-Islam (kiri) dan ayahnya, Muammar Gaddafi. REUTERS/Chris Helgren (kiri) and Jamal Saidi
Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

Saif al-Islam, putra kedua Muamar Khadafidiktator Libya yang telah dijungkalkan, dilaporkan bebas dari penjara.


ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

28 Februari 2017

ISIS memaksa perawat Filipina memberikan pelatihan medis di Libya. scmp.com
ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

Staf kesehatan Filipina bekerja di rumah sakit utama di Sirte, Libya, yang digunakan ISIS untuk mengobati militan yang terluka.


Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

22 Februari 2017

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

Kemungkinan masih ada korban yang tenggelam ke dalam laut.


Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

5 Februari 2017

Para migran dari Eritrea terjun ke laut dari kapal yang penuh penumpang di perairan Mediteranian, sekitar 13 mil di utara Sabratha, Libya, pada 29 Agustus 2016. Ribuan pengungsi yang menaik 20 perahu lebih diselamatkan oleh anggota LSM. AP/Emilio Morenatti
Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

Di antara pengungsi yang berada di perahu tersebut berasal dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah otoritas Palestina.


Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

21 November 2016

sxc.hu
Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

Keluarga siswa SMA yang menjadi korban serangan monyet yang dilepaskan tiga pemuda, membalas dendam hingga terjadi perang suku di Shaba,Libya.


Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

3 Oktober 2016

Pasukan Libya yang berafiliasi dengan pemerintah saat bertempur dengan ISIS di Sirte, Libya, 22 September 2016. AP/Manu Brabo
Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

"Mayat Oerlemans dibawa ke rumah sakit Misrata, 200 kilometer sebelah barat Sirte."


Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

17 Agustus 2016

Pasukan Libya yang berkoalisi dengan PBB menembakan roket saat bertempur dengan ISIS di Sirte, Libya, 4 Agustus  2016. REUTERS/Goran Tomasevic
Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

"Distrik Dua berhasil dibebaskan," kata Reda Issa, juru bicara pasukan pro-pemerintah, kepada kantor berita Reuters.


Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

2 Agustus 2016

Aksi pasukan tentara Libya dalam pertempuran melawan militan ISIS di Sirte, Libya, 21 Juli 2016. Tentara Libya bersekutu dengan pasukan PBB untuk merebut kembali kota Sirte dari tangan kelompok militan tersebut. REUTERS
Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

Menurut keterangan Pentagon, serangan udara yang dilancarkan pada Senin kemarin untuk menjawab permintaan Otoritas Pemerintah Nasional (GNA).