TEMPO Interaktif, Mantan pemimpin angkatan bersenjata dari sayap kiri, Ollanta Humala, diperkirakan bakal memimpin Peru. Sebuah pemilihan tanpa pemenang mayoritas.
Humala, dalam pemilihan tersebut, meraih 27 persen suara, sedangkan bekas Perdana Menteri Pedro Pablo mengumpulkan 23,6 persen.
Urutan berikutnya, Keiko Fujimori. Putri bekas presiden Alberto Fujimori itu berhasil mengeduk 21,8 persen suara. Namun perolehan suara bekas presiden Alejandro Toledo tak disebutkan panitia.
Hasil pemungutan suara tersebut kemungkinan akan dilanjutkan ke babak kedua karena, jelas para pengamat dari organisasi negara-negara Amerika, tidak ada pemenang mayoritas. Hal itu pernah terjadi saat pemilihan umum dimenangkan bekas presiden Alan Garcia, 2006.
Sampai sejauh ini, hasil sementara penghitungan suara telah diumumkan di beberapa kota penting di Peru. Menurut penghitungan suara yang dikumpulkan oleh pengawas pemilu Transparencia, Humalah jelas memenangkan pertarungan itu, disusul Fujimori. Dua kandidat ini akan bertarung pada babak berikutnya yang akan diselenggarakan pada 5 Juni.
Ollanta Humala, 48 tahun, sebelumnya pernah maju sebagai calon presiden pada 2006. Namun langkahnya terseungkur di babak kedua oleh Alan Garcia. Pemilik nama asli Ollanta Moisés Humala Tasso ini dalam kampanye pemilihan mengusung tema pertumbuhan ekonomi dan pendistribusian kekayaan negara kepada mayoritas penduduk miskin.
Keiko Fujimori, 35 tahun, mendapatkan sokongan dari pendukung ayahnya, Alberto Fujimori, yang pernah berkuasa selama satu dekade sejak 1990. Dia kini dihukum 25 tahun penjara karena dituduh korupsi.
Kendati demikian, tak pelak, kemenangan dua kandidat ini sangat merisaukan rakyat Peru, termasuk pemenang Nobel Perdamaian, Mario Vargas Llosa. Menurutnya, menghadapi pemenang pemilu kali ini, rakyat Peru seperi harus memilih antara "AIDS dan Kanker."
BBC | CA