Dalam prosesi ritual itu, umat Buddha akan berdiri berderet memanjang di depan pertokoan kompleks
Pecinan, hingga sepanjang satu kilometer. Mereka akan memberikan sedekah di sebuah wadah mangkuk yang di bawa para bhiksu. Sedekah yang diberikan bisa dalam berbagai bentuk, mulai dari kebutuhan pokok sehari-hari seperti makanan dan minuman hingga uang.
Ketua Yayasan Tri Bhakti Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang, Paul Candra Wesi Aji, menuturkan tradisi pindapata ini sebagai simbol yang harus dijalani umat Buddha untuk senantiasa berbuat kebajikan bagi siapa saja. "Pindapata atau bersedekah adalah ajaran Sang Buddha yang harus selalu dijalankan tiap umat," kata Paul Candra.
Pindapata, menurut Paul, baru tahun ini dimasukkan menjadi agenda resmi perayaan Tri Suci Waisak. Tradisi pindapata diadopsi dari tradisi masyarakat buddhis Thailand yang memberikan sedekah kepada para bhiksu setiap hari.
Sebelum melakukan pindapata, para bhiksu melakukan doa bersama di Kelenteng Liong Hok Bio. Selama proses pindapata, jalur lalu lintas di Jalan Pemuda Magelang dialihkan ke jalur lain untuk beberapa saat.
Panitia Waisak, Ani S., mengatakan prosesi pindapata ini melengkapi rangkaian waisak yang sebelumnya telah dimulai dengan penyemayaman air berkah di Candi Mendut pada 14 Mei lalu yang diambil dari Jumprit Temanggung serta Api Abadi dari Mrapen Grobogan. Usai Pindapata ini besok umat Buddha akan melakukan upacara puncak Waisak di Candi Borobudur.
Kepala Taman WIsata Candi Borobudur (TWCB) Pujo Suwarno mengatakan, usai doa pradaksina di Borobudur besok, selanjutnya akan dilepas 1.000-an lampion ke angkasa. "Pelepasan lampion itu tanda solidaritas sosial kepada masyarakat yang terkena dampak erupsi Merapi," kata Pujo.
PRIBADI WICAKSONO