TEMPO Interaktif, - Di tengah remang malam, enam orang terlihat menyisir badan jalan di kawasan Taman Kota, Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Sabtu pekan lalu. Di belakang mereka, ratusan kendaraan yang baru saja lepas dari lampu merah Green Garden melaju cepat.
Dengan magnet seadanya, empat orang dari mereka bergegas menyapu jalan yang penuh ranjau paku. Dua lainnya memberi aba-aba menggunakan tongkat lampu pengatur lalu lintas. Mereka mengalihkan arus kendaraan untuk mengambil bahu jalan. Sempat terjadi antrean kendaraan. Namun kesigapan Komunitas Sapu Bersih Ranjau Paku (Saber Community) itu membuat antrean tak bertahan lama.
Selama hampir 15 menit mereka menyisir jalan sepanjang 500 meter itu, ratusan paku menempel pada magnet-magnet. "Paku ini sengaja disebar orang-orang tidak bertanggung jawab," kata Ketua Saber Community, Siswanto, 37 tahun, sambil menunjukkan magnet yang tertutup paku beragam ukuran.
Hampir tiap malam, dia bersama Abdul Rahim, Abu Rizal, Samawi, Umang, dan Kwee Dolie membersihkan ruas-ruas jalan zona merah dari ranjau paku. Misalnya Jalan Daan Mogot, ruas jalan Grogol, jalan layang Roxy Mas, dan Jalan Majapahit.
Mereka membersihkan jalan dari paku mulai pukul 19.00 hingga dini hari. Pada siang hari, kegiatan membersihkan jalan dari paku tetap dilakukan sesuai dengan waktu luang masing-masing anggota komunitas. "Paku yang kami dapat bisa mencapai 3-4 kilogram per orang," ujar Siswanto.
Semula, menurut Abdul Rohim, 42 tahun, dia merasa heran, setiap kali melewati Jalan Daan Mogot selalu saja ada sepeda motor yang bannya bocor terkena paku. Terdorong rasa penasaran, bapak empat anak yang tinggal di Cengkareng ini diam-diam menyelidiki kemungkinan adanya pelaku penebar paku. "Ternyata memang ada orang-orang suruhan oknum tukang tambal ban," ujar Rohim.
Di sepanjang Daan Mogot, Grogol, hingga Roxy memang banyak dijumpai tukang tambal ban. "Mereka mencari keuntungan di atas kesusahan orang lain," ujar Kwee Dolie, 37 tahun, menimpali.
Penyebaran paku dilakukan tanpa kenal waktu. Ada kalanya pukul 07.00 dan 08.30 atau pada siang dan malam hari. Tak aneh, selang beberapa jam jalanan dibersihkan, paku akan kembali bertebaran.
Oleh pelaku, paku-paku seukuran 3 sentimeter biasanya dibungkus dalam kotak korek api yang telah dicat hitam. Saat jalanan sepi, bungkus korek api berisi paku-paku tajam itu akan dijatuhkan di tengah jalan. Saat bungkus korek itu tergilas ban, paku-paku akan berhamburan.
Aktivitas membersihkan jalan dari paku telah dilakukan sejak dua tahun terakhir. Semula mereka melakukan sendiri-sendiri berdasarkan kedekatan lokasi tempat tinggal dengan ruas jalan yang biasa dilalui. Sejak tiga bulan lalu mereka bersepakat membentuk komunitas agar kegiatan pembersihan lebih terarah dan terkoordinasi.
"Motivasi kami Lillahi taala. Kami hanya ingin bantu orang lain karena belum tentu pengendara motor pegang duit buat ganti ban," ujar Abu Rizal, 49 tahun, yang akrab disapa Endang.
Aksi mereka tentu sangat berisiko. Selain mesti menghadapi ganasnya lalu lintas Jakarta, pelaku penyebar ranjau pun biasa mengintai. Rohim bercerita, dia pernah menjadi korban percobaan tabrak lari pada 17 Agustus tahun lalu. "Tapi saya berhasil menghindar," kata pria asal Banten itu mengenang.
Komunitas pernah membicarakan masalah ranjau paku dengan polisi atau Satuan Polisi Pamong Praja, tapi tanggapannya kurang menggembirakan. Anggota Saber pernah mengirim SMS ke 1717 milik Traffic Management Center Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk menginformasikan banyaknya ranjau di jalan. "Balasannya cuma ucapan terima kasih atas partisipasi dan kerja samanya, tindak lanjutnya tidak ada," ujar Rohim, lalu tertawa.
AMIRULLAH