TEMPO.CO, Surabaya - Pertandingan Persebaya 1927 melawan Persija Jakarta pada kompetisi lanjutan Liga Prima Indonesia yang berlangsung di Stadion Gelora 10 November, Minggu 3 Juni 2012, berakhir ricuh. Anggota Bonek, sebutan untuk suporter Persebaya, bernama Purwo Adi Utomo tewas.
Penyebab kericuhan sepele. Sesaat pertandingan berakhir, beberapa suporter hendak mencopot spanduk. Namun, mereka dihalang-halangi oleh polisi sehingga terjadi aksi saling dorong.
Polisi lalu membabi buta melepaskan tembakan gas air mata ke arauh kerumunan suporter. Suasana pun menjadi panik. Suporter kemudian berebut keluar dari stadion untuk menghindari gas air mata yang membuat mata pedih.
Kericuhan tak hanya terjadi di dalam stadion. Anggota Bonek yang telah berhasil keluar stadion melempari batu satu unit sedan patroli polisi yang ada di luar stadion.
Dalam kondisi demikian, Purwo Adi Utomo, terjatuh dari tribun ekonomi lalu terinjak-injak rekan-rekannya yang panik hingga tewas. Saat ini, jenazah Tomy biasa ia disapa, masih diotopsi di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soetomo. Keluarga dan sejumlah kerabat menunggu di rumah sakit.
Purwo merupakan putra tunggal pasangan Yudiatno dan Ratna, warga Babadan Rukun VI- No.3 Surabaya. Yudianto bekerja sebagai sopir pribadi sedangkan Ratna berjualan soto ayam. Purwo merupakan siswa Sekolah Menengah Kejuruan V. Ratna tampak sempoyongan ketika keluar dari kamar mayat. Ia tak bersedia dimintai keterangan.
Paman korban, Setyo Waluyo mengatakan keluarga tidak tahu Tomy menonton pertandingan di lapangan. "Sore tadi dia ke stadion tanpa pamit orang tuanya," kata Setyo.
Manajer Persebaya 1927 Saleh Hanifah menyatakan prihatin dengan kejadian tersebut. "Kami menanggung semua biaya pemakaman. Besok pemain akan saya ajak takziah," kata Saleh.
Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Tri Maryanto menyesalkan terjadinya keributan. Menurut dia, Bonek disemprot dengan gas air mata lantaran melakukan aksi lempar yang membahayakan pemain, offisial dan 15 polisi luka-luka. Selain itu, kata dia, Bonek juga bertindak anarkistis dengan merusak mobil petugas. "Kalau ada yang sampai meninggal saya prihatin," katanya.
KUKUH S WIBOWO