TEMPO.CO, Jakarta-Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk. Sukrisno mengatakan PT Timah tidak akan menurunkan kapasitas komoditas. “Kami sudah berkomitmen tidak akan ada penurunan kapasitas komoditas,” katanya kepada Tempo pada Selasa 21 Agustus 2012.
Sebelumnya beberapa perusahaan anggota Indonesian Mining Tin Association – Asosiasi Tambang Timah Indonesia (ATTI) menurunkan kapasitas komoditas, menyusul penurunan permintaan logam global.
Sukrisno mengatakan sekali pun di pasar global ada penurunan permintaan logam dari Amerika Serikat dan Cina sebesar 32 persen, secara keseluruhan sebenarnya permintaan timah justru meningkat. "Permintaan timah justru tahun ini meningkat 11 persen," katanya.
Kendala utama yang kini dihadapi oleh produsen timah, menurut ia adalah turunnya harga di pasar dunia. Saat ini harga per tonnya berkisar US$ 18.500. "Idealnya, harga timah per tonnya adalah antara US$ 21 ribu - US$ 22 ribu," katanya.
Mengenai penjualan, ia mengatakan perseroan akan mengurangi penjualan spot dan lebih memilih menahan penjualan. "Kami tidak akan berspekulasi menjual timah dengan harga rendah, karena itu akan merugikan," jelasnya.
PT Timah menargetkan produksinya mencapai angka 36 ribu ton sampai akhir tahun ini. Pada akhir 2011, volume produksi perusahaan sebesar 33 ribu ton. Pada semester I 2012, perseroan mencatat laba bersih Rp 335 miliar. Namun Sukrisno belum bisa memastikan target hingga akhir tahun. "Target tergantung kepada harga pasar,"katanya.
ATTI menonaktifkan sekitar 70 persen kapasitas peleburan timah (tin-smelting) akibat dari beban pasar yang telah berlangsung selama tiga bulan. Penurunan ini berpengaruh bagi pasokan global,sebab Indonesia sebagai salah satu eksportir timah terbesar dunia. Selain itu, sejumlah produsen timah di Provinsi Bangka-Belitung telah menutup 24 dari 28 smelter.
SATWIKA MOVEMENTI