TEMPO.CO, Jakarta - Sakit stroke pada Agustus 2012, tidak menghalangi pimpinan Teater Koma, Nano Riantiarno memproduksi lakon Sampek Engtay. Setelah sembuh, Nano punya tiga pilihan menampilkan lakon di Gedung Kesenian Jakarta pada 13 – 23 Maret mendatang.
Ia punya tiga pilihan, Opera Ikan Asin, Opera Kecoak dan Sampek Engtay. “Ternyata, saya memilih Sampek Engtay,” kata Nano kepada Tempo.
Ia hanya butuh waktu 2,5 bulan untuk mempersiapkan pentas kisah cinta ini. Apalagi, jumlah pemain menyesuaikan dengan Gedung Kesenian Jakarta, hanya 50 orang, lebih sedikit dibanding gedung pertunjukan lain.“Lakon Sampek Engtay sudah sering dimainkan, sudah hafal luar kepala,” kata Nano sambil tertawa.
Nano mempersiapkan lakon ini setelah menjalani pemulihan sakit lewat akupuntur. “Makin semangat menggarap Sampek Engtay setelah dibantu tusuk jarum,” ujarnya.
Lakon Sampek Engtay sejak 1988 hingga kini, sudah dimainkan sebanyak 85 kali pertunjukan selama 25 tahun terakhir. Bahkan pada 2004 lakon ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai pentas teater sudah ditampilkan 80 kali selama 16 tahun dengan tujuh pemain dan empat pemusik yang sama.
Baca Juga:
Lakon terbaru Sampek Engtay, Bukan Cinta Yang Biasa akan ditampilkan di Gedung Kesenian Jakarta, dengan pemain muda sebagai Sampek dan Engtay. Sampek Engtay 2013 ini produksi ke-127 dari teater Koma yang berusia 36 tahun.
EVIETA FADJAR