TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mulai melakukan antisipasi terhadap pandemi virus flu burung H7N9 yang sedang mewabah di Cina. Meski tidak mengimpor unggas dan produk unggas dari Cina, Indonesia masih mengimpor bulu bebek yang sudah diawetkan dari Cina.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, mengatakan, sebagai upaya antisipasi, pemerintah akan menghentikan sementara impor bulu bebek tersebut. “Yang jelas, saat ini semua produk unggas dari Cina kita tidak impor lagi, kecuali impor bulu bebek untuk badminton. Kami akan segera stop itu,” kata Syukur ketika dihubungi Tempo, Ahad, 7 April 2013.
Penghentian sementara impor bulu bebek yang diawetkan ini akan dilakukan hingga Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties/OIE) menyatakan aman. Upaya antisipasi lainnya, lanjut Syukur, pemerintah akan menghindari dan mencegah masuknya produk unggas yang menjadi media pembawa virus H7N9 dari Cina.
Antisipasi maksimum, menurut Syukur, akan segera diputuskan setelah mengadakan pertemuan dengan Komisi Ahli Kesehatan Hewan. “Hari Senin kami akan rapat konsolidasi dengan Komisi Ahli Kesehatan Hewan untuk membicarakan bagaimana kita mengantisipasi masalah yang terjadi di Cina ini,” katanya.
Seperti dikutip dari laman Xinhua, saat ini Cina sedang menghadapi penyebaran virus flu burung strain baru H7N9 yang telah menyebar ke beberapa distrik dan menular pada manusia. Pemerintah Cina telah mengkonfirmasi, ada 18 kasus virus H7N9 yang menyebar ke berbagai provinsi. Di Provinsi Shanghai telah terjadi delapan kasus, di Provinsi Jiangsu terdapat enam kasus, di Provinsi Zhejiang tiga kasus, dan satu kasus di Provinsi Ahui.
Provinsi Shanghai diketahui paling banyak melaporkan pasien yang terinfeksi virus dibandingkan provinsi lainnya. Empat pasien di Provinsi Shanghai telah meninggal dunia, sedangkan dua lagi meninggal di Provinsi Zhejiang akibat virus flu burung H7N9.
ROSALINA