TEMPO.CO, Jakarta - Mendengar nama Starbucks, orang pasti teringat akan secangkir kopi. Sebagian lainnya mungkin membayangkan sebuah gerai kecil yang hangat, dengan cahaya temaram dan penuh aroma kopi.
Citra itu berhasil ditanamkan PT Sari Coffee Indonesia. Sejak 2002, pemilik waralaba Starbucks ini sukses mengembangkan sayap di 10 kota besar di Indonesia dan membangun 152 gerai.
Adalah Anthony Cottan, nakhoda di balik kiprah Sari Coffee. Pria 49 tahun ini terus melebarkan sayap Starbucks ke seluruh Indonesia. Strateginya yang patut dipuji adalah membangun gerai di tempat-tempat yang tak biasa. Starbucks pun tak cuma bisa ditemui di mal.
Kepada Bernadette Christina dari Tempo, Cottan memaparkan kiprah dan strategi Starbucks di Indonesia. Berikut ini petikan wawancaranya.
Bagaimana awal Starbucks masuk ke Indonesia?
Sebetulnya, Starbucks berhubungan dengan Indonesia sejak 1970-an. Kantor pusat Starbucks di Seattle, Amerika Serikat, sering memesan kopi dari Sumatera dan Jawa. Meski hubungannya sudah cukup lama, ada banyak pertimbangan untuk membuka gerai di Indonesia. Baru setelah evaluasi di akhir 1999, Starbucks menyeleksi 200 perusahaan calon mitra di Indonesia. Setelah due dilligence 2-3 tahun, akhirnya Mitra Adi Perkasa terpilih pada 2001.
Bagaimana pasar Starbucks di Indonesia dalam satu dekade terakhir?
Berubah. Kini, konsumen kami berada di rentang umur 18-35 tahun. Sebelumnya, didominasi pebisnis atau kalangan yang lebih mapan. Sebaliknya, dulu ada juga konsumen muda namun sekarang sudah tumbuh menjadi masyarakat kelas menengah. Mereka tumbuh bersama Starbucks dalam 10 tahun terakhir. Saya cukup puas dengan pertumbuhan tersebut.
Seberapa cepat pertumbuhan pasar di Indonesia dibandingkan dengan di negara lain?
Pasar kami di Indonesia tumbuh dua digit, berkisar 10-20 persen dalam 3 tahun. Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia di mana pertumbuhan pasar kami dua digit secara konsisten. Jika dilihat secara keseluruhan, pertumbuhan penjualan mencapai lebih dari 30 persen karena ada toko-toko baru. Dalam setahun, kami menargetkan untuk menambah 25-30 gerai.
Apa kekurangan pasar di Indonesia?
Pertumbuhan pasar Indonesia cukup besar. Namun volume transaksi hariannya belum terlalu besar, mungkin 30 persen lebih rendah daripada di Singapura yang memiliki pendapatan per kapita lebih besar. Tetapi peluang untuk meningkatkannya masih besar, tergantung cara menarik lebih banyak konsumen.
Apa strategi khusus Starbucks di Indonesia?
Untuk menjaga loyalitas pelanggan, ada dua hal yang dilakukan, yakni meluncurkan Starbucks Card, sebagai insentif kepada pelanggan loyal sekaligus menarik pelanggan baru, serta berusaha kreatif dalam membuka lokasi baru. Misalnya di rumah sakit, universitas atau layanan drive thru di jalan tol. Jika hanya di pusat perbelanjaan atau mal, tentu tidak akan cukup.
Contoh yang menarik adalah universitas. Mengapa lokasi ini yang dibidik?
Kami sudah membuka dua gerai, yakni di Universitas Petra, Surabaya, dan Universitas Indonesia, Depok. Kampus menjadi pilihan karena menjadi tempat berkumpulnya para penentu masa depan, mahasiswa yang akan menggerakkan Indonesia. Meski tidak menghasilkan banyak uang, gerai di universitas menghubungkan kami dengan orang-orang potensial itu sejak mereka muda. Rumah sakit pun bukan segmen paling ramai. Tetapi kami memandang enam gerai yang ada sebagai media untuk mendekati pelanggan. Kami hanya mencoba berada di tempat-tempat yang berbeda.
Bagaimana dengan rencana penambahan outlet di masa mendatang?
Kami ingin menambah 100 toko dalam 3 tahun, sehingga dalam 3 tahun mendatang kami akan punya 250 toko. Targetnya tidak terlalu tinggi, karena kami berusaha menyeimbangkan diri dengan pertumbuhan kelas menengah dan volume transaksi yang tidak terlalu besar. Jika membuka terlalu banyak gerai di tempat yang belum siap, kami bisa kehilangan uang.
Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar, seberapa banyak kopi Indonesia yang dijual Starbucks secara global?
Best seller di gerai Starbucks Indonesia adalah biji kopi Sumatera. Dan tren ini juga terjadi di seluruh dunia. Saya tegaskan, kopi Sumatera paling disukai oleh konsumen Starbucks di seluruh dunia. Lebih disukai daripada kopi Brasil, Kolombia, atau Etiopia. Kopi Sumatera juga difavoritkan Howard Schultz, pendiri Starbucks. Untuk volume, sulit untuk menghitungnya, karena kami menggunakan campuran kopi dari berbagai negara. Tapi bisa dipastikan, volumenya sangat besar.
Biodata
Nama: Anthony Cottan
Usia: 49 tahun
Jabatan: Direktur PT Sari Coffee Indonesia (Starbucks Indonesia) | Director Food and Beverage Concepts PT Mitra Adiperkasa Tbk
Riwayat Pendidikan: Master Business Administration (MBA) Oxford Brookes University (2010-2012) | Culinary Arts/Chef Training, South Downs Hampshire Hotel Management (1981-1984)
Riwayat Pekerjaan Direktur
PT Mitra Adi Perkasa (2001-sekarang)
General Manager Rockwell Centre Manila (2000-2001)
General Manager ClubCorp (1995-2000)