TEMPO.CO, Yogyakarta - Peneliti gerakan Islam, Zuly Qodir mengkritik siaran dakwah Islam di televisi karena mayoritas memuat wacana keagamaan yang dangkal. “Siaran dakwah di kebanyakan stasiun televisi selama ini masih jarang berisi muatan pemahaman keagamaan yang mendorong toleransi,” kata dia dalam Seminar “Pemikiran Islam, Kaum Muda Muslim dan Kepemimpinan Bangsa,” di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga pada Rabu, 18 September 2013.
Sebaliknya, dakwah lebih banyak membahas masalah sederhana. “Misalnya masih sering membahas bagaimana menutup aurat,” ujarZuly. Menurut dia, dakwah keagamaan di media elektronik memiliki peran besar terhadap makin banyaknya gejala intoleransi. “Indikasi ini tampak pada banyaknya kasus yang mengesankan masyarakat muslim di Indonesia makin mudah tersinggung.”
Kondisi ini kata Zuly, diperparah dengan kebijakan stasiun televisi yang belum banyak menyiarkan program dakwah alternatif. Maarif Institute, lembaga yang didirikan Syafii Maarif, dan Wahid Institute, lembaga kajian yang dikelola keluarga Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, sudah pernah menawarkan program dakwah alternatif ke sejumlah stasiun televisi. “Pihak televisi justru mempertanyakan potensi iklannya,” kata dia.
Peneliti gerakan agama dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Al Makin, di acara yang sama juga mengkritik perpspektif hukum pemerintah dalam menyikapi kemunculan aliran keagamaan beragam di Indonesia. Dia mencatat pada 1980 saja, Kejaksaan Agung memiliki daftar 600 orang yang mengaku sebagai nabi dan sudah diganjar hukuman penjara atas tuduhan penistaan agama. “Tapi ini tidak menyelesaikan masalah, buktinya nabi-nabi baru terus muncul,” ujar dia.
Al Makin mengatakan, mestinya kemunculan pengaku nabi maupun sekte baru agama tertentu dikaji secara mendalam agar alasannya bisa dipahami kelompok agama arus besar. Indonesia merupakan kawasan subur tempat banyak aliran spiritual, yang kebanyakan terkesan aneh, lahir. “Misalnya, di Sulawesi ada yang mendirikan Ka’bah, di NTB ada sekte yang baiatnya dengan memandang lampu senter sampai pingsan dan itu dikampanyekan lewat youtube, atau di Madura ada yang mengaku reinkarnasi nabi adam.”
Minimnya pemahaman pada wacana keagamaan yang dimunculkan kelompok-kelompok itu membuat ketegasan hukum tidak mencegah kemunculan mereka. “Pada tahun 2000 an, ketika ada pendataan ulang terhadap agama resmi, ada 300 agama yang mendaftar, tapi hanya enam yang diakui secara resmi oleh negara,” ujar dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Terhangat:
Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Info Haji | Penembakan Polisi
Baca juga:
Lima Tweet yang Mengguncang Dunia
Enam Jenis Ikan yang Sebaiknya Dihindari
Ini Hasil Lengkap Pertandingan Liga Champions
Ahok Tak Takut Ditinggal Jokowi Jadi Presiden