TEMPO.CO, Balikpapan - Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, kini menjadi salah satu sentra buah pepaya. Di kota ini setidaknya per minggu bisa menghasilkan 300 ton pepaya mini. Petani pepaya mini terkonsentrasi di Balikpapan Utara dan Timur dengan total kebun mencapai luas 100 hektare.
"Produksi tahunan akan banyak sekali. Untuk 100 hektare saja 300 ton," kata Kepala Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan (DPKP) Kota Balikpapan, Chaidar Chaerulsyah, Selasa, 17 September 2013.
Chaidar mengatakan luas total lahan perkebunan pepaya Balikpapan mencapai 180 hektare di Balikpapan Utara dan Timur. Hanya 100 hektare di antaranya yang menekuni perkebunan jenis pepaya mini. "Kalau yang pepaya ukurannya mini seluas 100 hektar dan pepaya bentuknya panjang seluas 80 hektar," katanya.
Chaidar menyatakan buah pepaya mini Balikpapan memiliki cita-rasa tersendiri dibandingkan dengan buah pepaya daerah lain. Pepaya mini Balikpapan lebih manis meskipun memiliki ukuran kecil dibandingkan pepaya jenis lainnya. "Rasanya buah pepaya yang dihasilkan petani kita ini berbeda. Rasanya manis dan enak, tidak kalah dengan buah impor," ucapnya.
Harganya juga jauh lebih murah dibandingkan dengan pepaya impor yang membanjiri Balikpapan. Masyarakat juga bisa membeli langsung ke petani. "Pepaya kita itu masih yang terbaik di Indonesia. Rasanya juga berbeda, manis dan enak bagus untuk dikonsumsi," ujarnya.
Karena itu, Chaidar mengimbau masyarakat untuk lebih mengutamakan mengkonsumsi buah lokal ketimbang buah impor. Imbauan agar masyarakat Balikpapan mengutamakan konsumsi buah lokal sejalan dengan kebijakan pemerintah kota yang akan mengeluarkan peraturan wali kota (Perwali) tentang pembatasan buah impor.
SG WIBISONO
Topik Terhangat:
Tabrakan Anak Ahmad Dhani| Siapa Bunda Putri| Penembakan Polisi |Miss World| Misteri Sisca Yofie
Berita Terpopuler:
Munzir Almusawa Ramal Dirinya Meninggal di Usia 40
Halo, Saya Bunda Putri
Gara-gara Ngobrol, Perwira Ini Diusir Kapolri
Tiga Penyebab Organ Intim Penjual Kopi Dirusak
Selenggarakan Miss World, Hary Tanoe Merugi