Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bumi Tarung Perupa Lekra

Editor

Agung Sedayu

image-gnews
Amrus Natalsya. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Amrus Natalsya. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Amrus Natalsya bersama sejumlah mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) mendirikan Sanggar Bumi Tarung pada pertengahan 1961. Selain Amrus juga ada Djoko Pekik, Ng Sembiring, Isa Hasanda, Misbach Tamrin, Kuslan Budiman, Sutopo, Adrianus Gumelar, Sabri Djamal, Suharjiyo Pujanadi, Harmani, dan Haryatno. Mereka mendirikan sanggar di bekas tobong pembakaran gamping, berseberangan jalan dengan gedung kampus ASRI yang kini menjadi gedung Jogja National Museum.

Menurut Amrus, 80 tahun, ia dan teman-temannya mendiri Bumi Tarung untuk menegakkan prinsip 1-5-1 sebagai pedoman berkesenian para perupa. 1-5-1 adalah prinsip Lekra dalam berkesenian yaitu menempatkan politik sebagai panglima sebagai dasar lima kombinasi kerja: meluas dan meninggi, tinggi mutu ideologi dan tinggi mutu artistik, tradisi baik dan kekinian revolusioner, kreativitas individual dan kearifan massa, serta realisme sosial dan romantik revolusioner. Untuk mematuhinya, diperlukan metode turun ke bawah atau turba. Oleh karena itu semua anggota Bumi Tarung harus menjadi anggota Lekra.

Bumi Tarung menolak aliran abstrak dalam seni rupa dan memilih mengusung aliran realisme revolusioner. Karya-karyanya lebih banyak menyorot isu buruh dan tani. Ketika Bumi Tarung menggelar pameran perdananya pada 1962, Amrus memajang lukisan Tangan-tangan yang Agung. Lukisan tentang buruh ini menggambarkan sistem kapitalis menjadikan manusia layaknya robot. Tema petani tampak dalam lukisan Peristiwa Djengkol, Melepas Dahaga di Mata Air yang Bening, dan Mereka yang Terusir dari Tanahnya. Ketiga lukisan Amrus itu menggambarkan petani yang menjadi korban sistem feodal. Alasannya, "Lukisan abstrak hanya mampu dikonsumsi golongan intelektual, kelas atas. Sedangkan sebagian besar rakyat Indonesia masih miskin dan rendah pendidikannya," ujar Amrus.

Keberadaan Bumi Tarung sempat memicu polemik. Apalagi sejumlah karyanya yang keras dan radikal. Maklum, karya mereka memang sarat "pertarungan" petani dan buruh yang melawan penindas. Yang paling mencolok adalah lukisan cukil kayu Bojolali karya Kusmulyo. Di sana digambarkan sejumlah petani membawa dan mengacungkan celurit melawan "tujuh setan desa"--istilah yang dipakai Barisan Tani Indonesia untuk menyebut tujuh musuh petani. (Baca selengkapnya di Majalah Tempo edisi 30 September 2013)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

TIM TEMPO

Topik Terhangat
Edsus Lekra |Mobil Murah | Senjata Penembak Polisi | Guyuran Harta Labora | Info Haji

Berita Terpopuler
Miss World 2013, Megan Young Asal Filipina
Megawati: Mbok Jangan Terlalu Tegang Dik Jokowi
PDIP Tak Tertarik Manuver Amien Rais Soal Jokowi
Mega: Gaji Pak Jokowi dan Ganjar Berapa?
Vania Larissa Masuk Tujuh Besar Miss World 2013

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Sejumlah Larangan Rezim Orde Lama dan Orde Baru untuk Anak Muda: Musik Ngak Ngik Ngok, Celana Ketat, Rambut Gondrong

2 Oktober 2023

Koes Bersaudara. YouTube
Sejumlah Larangan Rezim Orde Lama dan Orde Baru untuk Anak Muda: Musik Ngak Ngik Ngok, Celana Ketat, Rambut Gondrong

Pada era orde lama dan orde baru tetapkan beberapa larangan untuk anak muda seperti musik ngak ngik ngok, rambut gondrong, dan celana ketat.


Perjalanan Koes Plus, Saat Bernama Koes Bersaudara Dijebloskan Rezim Orde Lama ke Penjara Glodok

29 September 2023

Koes Plus. Instagram
Perjalanan Koes Plus, Saat Bernama Koes Bersaudara Dijebloskan Rezim Orde Lama ke Penjara Glodok

Sebelum terkenal dengan nama Koes Plus, band legendaris ini bernama Koes Bersaudara. Begini alasan terjadi perubahan nama grup band legendaris ini.


Koes Bersaudara Dibebaskan dari Penjara Glodok Sehari Sebelum G30S 1965 Tanpa Alasan

29 September 2023

Koes Bersaudara. YouTube
Koes Bersaudara Dibebaskan dari Penjara Glodok Sehari Sebelum G30S 1965 Tanpa Alasan

Satu hari sebelum peristiwa G30S, Koes Bersaudara lalu menjadi Koes Plus dibebaskan dari Penjara Glodok tanpa alasan. Apa sebab mereka dibui?


Top 3 Metro Kemarin, Puisi Butet Kartaredjasa Dikaitkan dengan Lekra, Kondisi GBK usai Dipakai PDIP

1 Juli 2023

Penampilan seniman Butet Kartaredjasa di acara Bulan Bung Karno di GBK Senayan pada Sabtu, 24 Juni 2023. YouTube
Top 3 Metro Kemarin, Puisi Butet Kartaredjasa Dikaitkan dengan Lekra, Kondisi GBK usai Dipakai PDIP

Puisi seniman Butet Kartaredjasa dan kondisi GBK usai dipakai PDIP masih menjadi topik yang banyak dicari pembaca


Kenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia

6 Februari 2023

Pramoedya Ananta Toer. Wikipedia/Lontar Foundation
Kenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia

Pramoedya Ananta Toer salah seorang sastrawan legendaris Indonesia, ia menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa.


Jokowi Serahkan DIPA dan TKDD 2023 ke 53 Kementerian dan Lembaga

1 Desember 2022

Presiden Joko Widodo (keempat kiri) bersama Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (ketiga kiri), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (ketiga kanan), Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri), Mendagri Tito Karnavian (kanan), Jaksa Agung ST Burhanuddin (keempat kanan), Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz (kedua kanan) dan Seskab  Pramono Anung (kiri) menekan tombol saat membuka Rakornas Investasi 2020 di Jakarta, Kamis 20 Februari 2020. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Jokowi Serahkan DIPA dan TKDD 2023 ke 53 Kementerian dan Lembaga

Jokowi telah menyerahkan DIPA dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Tahun 2023 kepada 53 kementerian dan lembaga.


Mengenal Utuy Tatang Sontani, Generasi Sastrawan yang Tak Bisa Pulang Setelah G30S

17 September 2022

Utuy Tatang Sontani. wikipedia.org
Mengenal Utuy Tatang Sontani, Generasi Sastrawan yang Tak Bisa Pulang Setelah G30S

Sastrawan Utuy Tatang Sontani tak bisa pulang setelah G30S. Ia dari Peking kemudian tinggal di Moskow, Rusia hingga wafatnya.


Hari Ini di Tahun 2000, Pramoedya Ananta Toer Menerima Penghargaan Fukuoka

26 Juni 2022

Pramoedya Ananta Toer. Wikipedia/Lontar Foundation
Hari Ini di Tahun 2000, Pramoedya Ananta Toer Menerima Penghargaan Fukuoka

Pramoedya Ananta Toer menerima penghargaan utama Fukuoka yang diberikan ke tokoh-tokoh Asia yang berkontribusi bidang akademis, seni, dan budaya.


Sebab Lagu Genjer-Genjer Identik dengan PKI dan Dilarang Orde Baru

29 September 2021

Diorama penyiksaan Pahlawan Revolusi oleh anggota PKI (Partai Komunis Indonesia) di Kompleks Monumen Pancasila Sakti, Jakarta, 29 September 2015. ANTARA FOTO
Sebab Lagu Genjer-Genjer Identik dengan PKI dan Dilarang Orde Baru

Lagu Genjer-Genjer sudah jarang dinyanyikan karena dianggap memiliki kaitan dengan PKI.


Organisasi-Organisasi yang Dianggap Berafiliasi Dengan PKI

29 September 2021

Warga menyaksikan film pengkhianatan G30S/PKI pada acara nonton bareng di Bundaran Mall Graha Cijantung, Jakarta, 23 September 2017. Berikut foto-foto suasana acara nonton bareng film G30S/PKI yang digelar di sejumlah daerah. ANTARA FOTO
Organisasi-Organisasi yang Dianggap Berafiliasi Dengan PKI

Setelah peristiwa G30S, anggota organisasi yang dianggap terkait dengan PKI diburu dan ditangkap