TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta menuding kegiatan seni yang digagas seniman mengkritik pemerintah kota lewat Festival Seni Mencari Haryadi memperalat anak putus sekolah. “Dari dua orang anak yang kami tangkap sedang melakukan aksi corat-coret kemarin, semuanya anak putus sekolah. Kami menduga mereka diperalat untuk aksi seperti ini,” kata Kepala Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta Nurwidi Hartana kepada wartawan, Jumat, 11 Oktober 2013.
Sebelumnya, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta menangkap dua remaja berusia 17 dan 14 tahun yang tengah memperbaiki mural di rumah kosong simpang Pojok Beteng Wetan pada Selasa, 8 Oktober 2013. Mural itu bagian dari kegiatan pembuka festival yang akan berlangsung hingga Maret 2014. Satu di antaranya divonis hakim 7 hari penjara dengan masa percobaan 14 hari oleh hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta, Kamis, 10 Oktober 2013.
Nurwidi mengatakan, pemerintah menghormati kreativitas seniman di Yogyakarta asalkan melalui jalur yang ditentukan. “Buktinya sejumlah mural juga kami biarkan,” kata dia. Akan tetapi, dia tak menggolongkan aksi di Pojok Beteng itu sebagai kreativitas seni. “Itu vandalisme.”
Menurut dia, jika seniman akan berkarya dengan memanfaatkan bangunan atau membuat mural, maka harus mengajukan izin ke Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah (DBGAD) Kota Yogyakarta. “Pengelolaan aset dan bangunan kota di bawah instansi itu,” katanya.
Sebaliknya, Direktur Artistik Festival Seni Mencari Haryadi, Agung Kurniawan, menilai syarat perizinan itu menjurus pada pemberangusan kreativitas. “Respon pemerintah kota perlu dilawan karena bakal makin membuat Kota Yogya tak nyaman untuk berkreasi dan tak terbuka terhadap kritik,” katanya.
Agung juga membantah tudingan Nurwidi soal pemanfaatan anak jalanan. “Seniman street art adalah anak yang kebetulan melihat karya dan merespon. Kenapa bisa sampai persepsi memperalat?” kata dia. Dia menjelaskan, festival terbuka bagi siapa pun yang ingin memperbaiki wajah kota yang kian semrawut, ibu rumah tangga ataupun anak putus sekolah. "Tujuannya untuk memperbaiki kota yang semakin kehilangan sosok pemimpin, tak peduli latar belakangnya."
PRIBADI WICAKSONO
Berita Terpopuler:
SBY: Saya Bukan Pejabat Kacangan
Gaji Hakim Konstitusi Cukup buat 'Lima Istri'
SBY Minta Luthfi Hasan Tak Bersaksi Palsu
200 Tanah Suami Airin, dari Banten sampai Melbourne
Cara Atut Menjadi Gubernur Banten Versi Jazuli