TEMPO.CO, Bandung - Mahasiswi jurusan Biologi angkatan 2009 Universitas Padjadjaran, Mutiara Pramudya Ningtyas, meneliti jamur yang bisa mengurai limbah styrofoam. Penelitian yang dipaparkan dalam acara International Conference of Live Science and Biological Engineering di Osaka, Jepang, bulan lalu menarik perhatian para ilmuwan.
Mutiara merintis riset jamur sejak dua tahun silam. Berawal ketika ia melihat kotak plastik bekas kuenya ditumbuhi jamur putih seperti kapas. Ia menduga ada mikroba yang bisa tumbuh dari plastik. Sebagian jamur itu kemudian diambil untuk ditumbuhkan di agar-agar dan selanjutnya diperiksa.
"Ada delapan jenis mikroba jamur," kata Mutiara di aula kampus Universitas Padjadjaran di Bandung, Senin 23 Desember 2013. Ia lantas memilah mikroba itu berdasarkan jenisnya.
Pada proyek riset yang awalnya untuk lomba itu, Mutiara memakai styrofoam untuk diurai jamur. Alasannya, styrofoam perlu waktu seabad agar bisa hancur di alam. Risetnya untuk mempercepat penghancuran limbah itu di tanah. (Baca juga: Limbah Merkuri Bertahan 10 Ribu Tahun)
Dari hasil percobaannya dengan metode fermentasi terendam, ada satu jenis mikroba yang bisa mengurai potongan styrofoam berukuran 3 x 3 sentimeter setebal kira-kira 2 milimeter. "Analisa DNA mikroba itu sedang dilakukan, kami belum tahu apakah itu jenis baru atau sudah lama," kata Astri Peni Wulandari, dosen pembimbing penelitian Mutiara.
Di dalam botol tertutup dengan cairan formula khusus, mikroba menghasilkan gumpalan jamur kecil berwarna hitam di atas permukaan styrofoam. Pertumbuhan itu terjadi setelah tiga pekan. Menurut Mutiara, dalam sepekan sudah muncul perubahan warna styrofoam yang putih menjadi merah kecokelatan.
Ia mengatakan, dari hasil analisa X-Ray Diffraction dan infra merah, karakteristik styrofoam yang direndam jamur berubah. Hasil pemeriksaan biologi dan kimia pun menunjukkan ikatan molekul styrofoam yang semula padat menjadi longgar dan menghasilkan lebih banyak karbon. "Jamur mengambil karbon untuk hidup dari styrofoam. Ini peluang terjadinya degradasi styrofoam," ujarnya.
Penelitian Mutiara tentang jamur pengurai styrofoam meraih juara kedua dalam penghargaan Motekar (kreatif dan inovatif) yang digelar Universitas Padjadjaran hari ini.
Meski menyabet juara kedua, Astri Peni mengatakan riset jamur mahasiswi bimbingannya masih akan menghadapi beberapa kesulitan. "Sulitnya untuk meyakinkan apakah terjadi degradasi styrofoam atau tidak, dan metode riset apa saja yang harus dipakai untuk membuktikannya," kata dosen peneliti jamur itu.
Lagi pula untuk pengembangan riset ke perubahan material styrofoam, peneliti harus memakai sarana dan peralatan di luar negeri. Untuk mewujudkan hal itu, mereka rencananya menjalin kerja sama dengan sebuah universitas di Kyoto, Jepang.
ANWAR SISWADI
Berita Terpopuler
Ponsel Baru BlackBerry Khusus Dijual di Indonesia
BlackBerry 10, Penyebab BlackBerry Rugi Besar
Yes! Winamp Akan 'Dihidupkan' Kembali
Apple dan China Mobile Resmi Jalin Kerja Sama
Hiu Bisa Kenali Posisi Manusia Saat Berenang