TEMPO.CO, Jakarta - Tadzkirah, buku nasihat karangan Abu Bakar Baasyir, tidak hanya berisi seruan agar penguasa Indonesia menerapkan syariat Islam. Dalam buku yang disebut oleh Kepala Polri Jenderal Polisi Sutarman sebagai buku yang menginspirasi para teroris untuk melegalkan perampokan demi ongkos "jihad" itu, Baasyir juga menyinggung soal demokrasi.
Dalam "membedah" masalah demokrasi, Baasyir mengutip filsuf Yunani Kuno, Aristoteles. Pimpinan Jama'ah Anshorut Tauhid yang dihukum 15 tahun penjara karena terlibat kasus terorisme itu menguraikan demokrasi dalam tiga empat poin. Poin pertama, demokrasi tertolak sejak dari sumbernya, Menurut Baasyir, konsep demokrasi muncul dari masyarakat Yunani Kuno, yaitu ketika filsuf Pericles mencetuskan konsep demokrasi pada 431 Sebelum Masehi.
Kemudian konsep demokrasi ini disempurnakan filsuf Yunani lainnya, seperti Plato, Aristoteles, Polybius, dan Cicero. “Demokrasi baru diterima dunia Barat 17 abad kemudian, yaitu pada masa Renaisance dipelopori oleh filsuf Yunani Machiaveli (1467-1527), Thomas Hobbes (1588-1679), Jhon Locke (1632-1704), Montesquie (1689-1750), dan Jackues Rousseau (1712-1778) sebagai reaksi atas keotoriteran monarki dan gereja,” katanya.
Baasyir kemudian mengutip sumber demokrasi berasal dari para filsuf Yunani yang tidak memeluk Islam dan menyembah Allah SWT. Konsep ini juga baru diterima setelah 1700 tahun semenjak kelahirannya. “Dari sini jelas, Islam menolak demokrasi karena konsep ini lahir semata-mata dari akal orang-orang kafir, sama sekali tidak berlandaskan wahyu dari Allah Ta’ala,” katanya.
Pada poin kedua, Baasyir menyebut menerima demokrasi berarti mendustakan Al-Quran, As-Sunnah. Ia menyebut, mereka yang menerima demokrasi berarti membatalkan tauhid karena tidak mengakui keesaan Allah.
Pada poin ketiga dan keempat Baasyir secara jelas menyebut demokrasi telah menjadi agama selain Islam. “Orang Islam yang mengajak kepada demokrasi berarti beragama demokrasi” katanya.
Di akhir bab, Baasyir menyimpulkan bahwa demokrasi adalah sistem yang bertentangan dengan Islam. Oleh karena itu, para ulama sepakat demokrasi sebagai sebuah agama orang kafir yang bertolak belakang dengan Islam. Namun, dia tidak menyebutkan ulama mana saja yang berkesimpulan seperti itu. "Kalau ada ulama yang menyetujui demokrasi, itu ulama bayaran namanya," kata Baasyir sewaktu ditemui Tempo sebelum dia dipindahkan dari sel Badan Reserse Kriminal Mabes Polri ke Penjara Nusakambangan.
FEBRIANA FIRDAUS
Berita Terkait
Setahun, Tim Densus Diduga 29 Kali Melanggar HAM
Osama Divonis Penjara 6 Tahun di Italia
Enam Pelaku Teror Polisi Ditangkap
Enam Narapidana Terorisme Dipindah ke Nusakambangan
Akun Twitter Al-Qaeda Dibekukan