"Pilihan menjadi 100 persen dalam menerima teknologi, selalu terbuka bagi kami," kata Carlqvist di sela pameran pertahanan Singapura Air Show yang digelar pada 11-16 Februari 2014.
Carlqvist mengatakan kebijakan itu dilakukan untuk membantu Indonesia agar tidak bergantung lagi pada perusahaan asal pesawat tersebut. "Kami ingin Anda yang melakukan kendali terhadap teknologi pesawat dari kami," ujarnya.
SAAB bersama Duta Besar Swedia, Ewa Polano, telah melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro pada September 2013. Kunjungan Delegasi SAAB ke Indonesia tersebut dalam rangka untuk menjajaki berbagai kemungkinan kerja sama di bidang industri pertahanan kedua negara.
Carlqvist mengatakan perusahaannya akan tetap membantu pemeliharaan pesawat setiap tiga tahun sekali. Tujuannya agar penyesuaian teknologi pesawat tersebut tetap terjadi, sembari melakukan transfer teknologi secara berkesinambungan. "Itulah cara pikir SAAB soal pemeliharaan pesawat modern," ujarnya.
Meski demikian, ia menyatakan transfer teknologi harus didahului koordinasi dengan pemerintah Indonesia soal perusahaan yang bakal disertakan. Sebab, SAAB meyakini Industri pertahanan harus dewasa bila ingin mendapatkan transfer teknologi. Kedewasaan yang dimaksud adalah kesiapan sumber daya manusia perusahaan tersebut.
"Saya melihat Indonesia sudah dewasa untuk menerima teknologi, tapi belum 100 persen," ujarnya, "Jadi kami ingin mencari tahu dulu teknologi yang ingin dikembangkan."
TRI SUHARMAN