TEMPO.CO, Jakarta - The Bible Society of Malaysia (BSM) hengkang dari Negara Bagian Selangor dan pindah ke Kuala Lumpur. "Kami akan pindah Mei atau Juni, tapi tempat barunya belum pasti," ujar Presiden BSM Lee Min Choon seperti dikutip The Star. Ketimbang pemerintah Selangor, pemerintah federal dinilai lebih melindungi hak minoritas.
Kepindahan BSM ke Ibu Kota adalah buntut disitanya 321 eksemplar Injil berbahasa Melayu dan Dayak Iban pada 2 Januari 2014. Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) merampas ratusan kitab suci itu dengan dasar hukum buatan tahun 1988 yang melarang penggunaan kata "Allah" oleh orang nonmuslim. (Baca:Malaysia Larang Koran Katolik Pakai Kata 'Allah')
Baca Juga:
Tiga bulan berlalu dan Alkitab tersebut masih ditahan JAIS. "Hingga kini, pemerintah negara bagian tidak menunjukkan atau mengumumkan inisiatif agar JAIS bertanggung jawab dan menghormati hak minoritas," kata Lee seperti dilansir The Malay Mail Online, Kamis, 17 April 2014.
Pada awal April, Menteri Besar Selangor Tan Sri Khalid Ibrahim menyatakan pemerintah negara bagian memutuskan tak ikut campur dalam kontroversi tersebut. Khalid menilai keputusan untuk dengan resmi meminta Jaksa Agung mengembalikan kitab suci yang disita berada di tangan BSM .
Menurut Lee, BSM tak bakal melakukan langkah itu karena dianggap percuma. Seiring dengan kepindahan BSM ke Kuala Lumpur, importasi Injil melalui pelabuhan Port Klang pun bakal dihentikan. BSM akan mengantar Alkitab langsung ke bagian timur Malaysia, lokasi mayoritas pembaca Injil berada. (Baca:Injil Malaysia Tetap Pakai Kata "Allah")
Baca Juga:
Sedangkan umat Nasrani di bagian barat Malaysia mendapatkan kitab sucinya di Negara Bagian Penang, yang tak punya hukum yang mengharamkan kata "Allah" dipakai masyarakat nonmuslim.
THE STAR | THE MALAY MAIL ONLINE | BUNGA MANGGIASIH
Terpopuler:
Dikonfirmasi Soal Nepotisme, Gubernur Ucapkan Kata Kotor
Kamis Putih, Paus Fransiskus Basuh Kaki Pria Muslim
Selain Toilet, Ini Area Rawan di JIS