Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sultan dan Polisi Diminta Redam Intoleransi

Editor

Zed abidien

image-gnews
Ilustrasi. (Unay Sunardi)
Ilustrasi. (Unay Sunardi)
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Merebaknya aksi intoleran yang menggunakan kekerasan merupakan sinyalemen kelompok muslim berpaham agama eksklusif semakin artikulatif dalam menyuarakan gagasannya. Hal itu diungkapkan sosiolog dan peneliti dari Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada, Najib Azca.

Dia mengatakan pentingnya tindakan tegas pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kepolisian DIY ke sejumlah pelaku aksi intoleran yang menabrak hukum. Bahkan, menurut dia, penanganan kasus tidak cukup dalam bentuk penindakan hukum dan kecaman.

"Pernyataan tegas sultan dan polisi harus lebih ekspresif agar ada pesan kuat bahwa DIY bukan tempat kelompok intoleran yang bertindak semaunya," kata pemilik disertasi yang telah dibukukan berjudul After Jihad: A Biographical Approach to Passionate Politics in Indonesia ini pada Ahad, 1 Juni 2014.

Dia menduga ada kristalisasi pertentangan antara pendukung toleransi dengan kelompok-kelompok eksklusif yang merasa perlu tampil secara ekspresif. "Dilihat perkembangannya, mereka dulu giat menyerang minoritas dalam Islam, seperti Syiah dan Ahmadiyah, tapi sekarang sudah menyasar nonmuslim," ujarnya. (Baca juga: Umat Katolik di Sleman Diserang Kelompok Bergamis).

Dalam situasi seperti ini, Najib menganggap penting adanya kerja sama antara pemerintah daerah, kepolisian, dan organisasi massa Islam moderat dengan pengikut mayoritas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, untuk membendung gelombang intoleransi. Dia bependapat, selain penindakan tegas kepada semua pelanggar hukum, perlu ada dialog untuk membangun rekonsiliasi dengan kelompok-kelompok berpaham keras.

"Tentu yang dibutuhkan bukan acara dialog seremonial, tapi upaya mengajak kelompok-kelompok ini berdialog secara informal dan menyasar pengikutnya yang ada di level bawah, bukan elitenya saja," tuturnya.

Dia mengatakan sebenarnya potensi konflik beraroma intoleransi di DIY sudah ada sejak lama. Dalam risetnya, dia menemukan banyak eksmujahid Poso dan Ambon membangun komunitas di Yogyakarta pasca-2000-an.

"Tapi mereka terpolarisasi dalam banyak kelompok dan memiliki ekspresi paham agama yang keras berbeda-beda. Ada yang sekadar eksklusif tapi juga ada yang menganggap aksi keluar komunitasnya penting," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengingat beragamnya karakter kelompok muslim konservatif dan eksklusif di DIY, Najib menilai pendekatan secara dialogis ke semua kelompok segara dilakukan. Alasannya, ujar dia, ekspresi keagamaan yang keras sangat mungkin bermetamorfosis, tergantung konteks sosial dan politik lokal atau nasional yang mempengaruhinya.

"Konsolidasi dialog dengan kelompok radikal di level bawah sangat penting. Mereka harus ditarik masuk ke pergaulan sosial dan diajak bersedia menghormati hak warga negara lain," kata Najib.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM


Berita utama

Nomor Urut Capres, Prabowo 1, Jokowi 2
Tiba di KPU, Prabowo Salami Megawati dan Jokowi
Jokowi Mulai Nonaktif, Ahok Pelaksana Tugas


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Viral Pengeroyokan, India Marak Aksi Kekerasan atas Nama Agama

27 Juni 2019

Seorang pengunjuk rasa memegang poster selama protes menentang aksi main hakim sendiri sampai mati terhadap seorang pria Muslim Tabrez Ansari oleh gerombolan Hindu, di Kolkata, India, 26 Juni 2019. [REUTERS / Rupak De Chowdhuri]
Viral Pengeroyokan, India Marak Aksi Kekerasan atas Nama Agama

Protes kekerasan atas nama agama digelar di India, setelah gerombolan Hindu melakukan aksi pengeroyokan terhadap seorang pria Muslim pekan lalu.


SETARA Curiga Kekerasan Pemuka Agama Sebagai Sebuah Rangkaian

20 Februari 2018

Petugas kepolisian melakukan olah TKP kasus penyerangan di Gereja Santa Lidwina, DI Yogyakarta, Minggu (11/2)11 Februari 2018. Polisi masih melakukan penyelidikan terkait kasus penyerangan gereja ini. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
SETARA Curiga Kekerasan Pemuka Agama Sebagai Sebuah Rangkaian

Hendardi mengatakan bahwa tujuan dari pihak yang melakukan penyerangan itu, yakni menciptakan instabilitas.


Kasus Kebaktian Pulogebang: Djarot Minta?Penghuni Rusun?Toleran

26 September 2017

Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat berkunjung ke Gedung KPK guna melakukan kerjasama dalam bidang pengawasan pajak Provinsi DKI Jakarta, 25 September 2017. Tempo/Muhammad Irfan Al Amin
Kasus Kebaktian Pulogebang: Djarot Minta?Penghuni Rusun?Toleran

Djarot mengatakan tindakan Joker membubarkan kebaktian Pulogebang tidak mencerminkan Islam yang damai dan penuh rahmat.


Rusun Tempat Kebaktian Pulogebang Jadi Percontohan Toleransi

26 September 2017

Pembentukan Forum Komunikasi Antar Agama dan Suku untuk Rusun Pulogebang pada Senin, 25 September 2017, di Rusun Pulogebang. Pembentukan forum ini dipicu kasus kebaktian Pulogebang. Warga Rusun Pulogebang
Rusun Tempat Kebaktian Pulogebang Jadi Percontohan Toleransi

Setelah kasus kebaktian Pulogebang terjadi, Forum Komunikasi akan menunjuk perwakilan dari agama dan suku pada setiap blok selaku komunikator.


Polisi Ungkap Dampak Video Viral Rusuh Kebaktian Pulogebang

26 September 2017

Surat permintaan maaf dari Nasoem Sulaiman alias Joker. Surat ini dibuat Nasoem setelah proses media bersama pihak jemaat KGPM Sidang Daniel, warga dan Polsek Cakung, Jakarta Timur. FOTO: Dokumentasi Warga
Polisi Ungkap Dampak Video Viral Rusuh Kebaktian Pulogebang

Sukatma pun menerangkan bahwa video rusuh kebaktian Pulogebang yang viral tersebut tidak lengkap .


Kasus Perusuh Kebaktian Pulogebang Dianggap Selesai Setelah...

26 September 2017

Surat permintaan maaf dari Nasoem Sulaiman alias Joker. Surat ini dibuat Nasoem setelah proses media bersama pihak jemaat KGPM Sidang Daniel, warga dan Polsek Cakung, Jakarta Timur. FOTO: Dokumentasi Warga
Kasus Perusuh Kebaktian Pulogebang Dianggap Selesai Setelah...

Tokoh masyarakat telah membuat kesepakatan agar insiden pembubaran kebaktian Pulogebang tidak terulang.


Komnas Perlindungan Anak Minta Kasus Kebaktian Pulogebang Diusut

25 September 2017

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait berkunjung ke lokasi penggusuran di Pasar Ikan Luar Batang, Jakarta, 19 April 2016. TEMPO/Rezki
Komnas Perlindungan Anak Minta Kasus Kebaktian Pulogebang Diusut

Arist?berpendapat, menjalankan ibadah, termasuk kebaktian?Pulogebang,?adalah hak fundamental yang dilindungi secara universal.


Pria Perusuh Kebaktian Pulogebang Sudah Kembali ke Rusun

25 September 2017

Kondisi Noesam Sulaiman setelah dipukuli beberapa orang tak dikenal, sore menjelang Maghrib, 24 September 2017. Dok. warga
Pria Perusuh Kebaktian Pulogebang Sudah Kembali ke Rusun

Pria bernama Nasoem Sulaiman alias Joker terekam kamera tengah membubarkan kebaktian Pulogebang


Sisi Lain Joker Si Perusuh Kebaktian Pulogebang

25 September 2017

Kondisi Noesam Sulaiman setelah dipukuli beberapa orang tak dikenal, sore menjelang Maghrib, 24 September 2017. Dok. warga
Sisi Lain Joker Si Perusuh Kebaktian Pulogebang

Nasoem alias Joker rajin beribadah dan menjadi tokoh masyarakat di rusun. Dia dibawa ke kantor polisi lantaran membuat rusuh kebaktian di Pulo Gebang.


Begini Permintaan Maaf Joker Telah Ganggu Kebaktian Pulogebang

25 September 2017

Kondisi Noesam Sulaiman setelah dipukuli beberapa orang tak dikenal, sore menjelang Maghrib, 24 September 2017. Dok. warga
Begini Permintaan Maaf Joker Telah Ganggu Kebaktian Pulogebang

Tak sampai 24 jam setelah mengganggu kebaktian di Rumah Susun Pulogebang, Joker dihajar empat orang pria bertubuh tinggi dan besar di rumahnya.