Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

50 Geoglif Ditemukan di Kazakhstan  

image-gnews
Angel Ayala (kiri) bersama Tatyana Allen dan Katie Maunder, menyentuh sebuah halaman hieroglif direproduksi dekat kemiripan kuarsit Ramses II selama tur di Museum Penn (25/11). Museum Penn, bagian dari University of Pennsylvania, mulai menawarkan sentuhan tur untuk tunanetra pada tahun 2012 sebagai bagian dari inisiatif untuk membuat koleksi yang luas lebih mudah diakses. AP/Jacqueline Larma
Angel Ayala (kiri) bersama Tatyana Allen dan Katie Maunder, menyentuh sebuah halaman hieroglif direproduksi dekat kemiripan kuarsit Ramses II selama tur di Museum Penn (25/11). Museum Penn, bagian dari University of Pennsylvania, mulai menawarkan sentuhan tur untuk tunanetra pada tahun 2012 sebagai bagian dari inisiatif untuk membuat koleksi yang luas lebih mudah diakses. AP/Jacqueline Larma
Iklan

TEMPO.COQostanay - Lebih dari 50 geoglif dengan berbagai bentuk dan ukuran, termasuk swastika yang besar, ditemukan di utara Kazakhstan, Asia Tengah. Struktur yang luas, sebagian besar berupa gundukan tanah, membentuk lanskap artistik yang mirip dengan di Padang Nazca di Peru.

Ditemukan melalui Google Earth, geoglif tersebut tersusun dalam berbagai bentuk geometris, seperti kotak, cincin, dan swastika—bentuk yang satu ini sudah digunakan sejak zaman kuno. Ukuran diameternya beragam, dari 90 hingga 400 meter. Beberapa di antaranya lebih panjang dari kapal induk modern. Para peneliti mengatakan geoglif sulit untuk dilihat dari tanah, tapi akan jelas jika diperhatikan dari angkasa.

Tahun lalu, ekspedisi arkeologi dari Qostanay University, Kazakhstan, bekerja sama dengan University of Vilnius, Lithuania, memeriksa bentuk-bentuk lanskap itu. Tim melakukan beberapa tindakan, seperti penggalian, survei radar bawah tanah, foto udara, dan penanggalan. (Baca juga: Coret Hieroglif, Bocah Cina Permalukan Negaranya)

Hasilnya, banyak geoglif yang terbuat dari gundukan tanah. Namun setelah diteliti, bentuk swastika terbuat dari bahan dasar kayu. Baru-baru ini hasil penelitian awal mereka dipaparkan di pertemuan tahunan European Association Archaeologists di Istanbul, Turki.

Dalam proses penggalian, peneliti pun menemukan sisa-sisa bangunan dan tungku perapian di geoglif. Irina Shevnina dan Andrew Logvin, arkeolog dari Qostanay University, mengatakan temuan itu menunjukkan bahwa pernah ada ritual di sana. Suku-suku kuno, kata mereka, biasanya menggunakan geoglif untuk menandai kepemilikan tanah. (Berita lain: Kaki Sphinx Ditemukan di Israel)

"Geoglif dibangun oleh orang-orang masa lalu. Tapi oleh siapa dan untuk apa masih menjadi misteri," ujar keduanya seperti dikutip Livescience.com, Senin, 29 September 2014. Proses pembentukan yang presisi juga masih menjadi pertanyaan, meskipun swastika umum ditemukan sebagai simbol peradaban kuno di Eropa dan Asia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pola geoglif berbeda di tiap daerah. Di Timur Tengah, misalnya, para arkeolog menemukan bentuk roda yang jelas terlihat dari langit. Baru-baru ini di Rusia juga digali sebuah geoglif berbentuk rusa yang diperkirakan lebih tua dari Nazca Lines di Peru.

Geoglif kuno juga ditemukan di banyak negara lain, termasuk Inggris, Brasil, dan Amerika Serikat bagian barat. Penggunaan Google Earth selama satu dekade terakhir membantu penelitian, baik arkeologi dan bidang ilmu lainnya, meneliti struktur yang dianggap misterius.

AMRI MAHBUB

Berita Terpopuler:
2 Alasan Lucu Soal SBY Gugat UU Pilkada
'SBY Kecewa UU Pilkada, tapi Rakyat Tidak Bodoh'
#ShameOnYouSBY Hilang, Muncul #ShamedByYou

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

8 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

28 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

29 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

32 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

33 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

34 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.


Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

50 hari lalu

Batu berlapis yang ditemukan di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. ANTARA/HO-Diskominfo Rejang Lebong
Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung


Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Pengunjung melihat koleksi museum di Museum Almoudi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat 28 Oktober 2022. Museum tersebut berisikan berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari- hari masyarakat Arab di zaman dulu. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi


Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

28 Desember 2023

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

Program double degree ini membuka pintu bagi mahasiswa di kedua belah pihak untuk memperdalam pemahaman mereka dalam bidang arkeologi.


6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

Kompleks Candi Batujaya di Karawang ditetapkan jadi Cagar Budaya Nasional. TEMPO | Hisyam Luthfiana
6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.