TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Setara Institute Hendardi mengatakan ada tiga nama yang disebut-sebut bakal jadi calon kepala BIN saat ini.
Mereka adalah mantan Wakil Panglima TNI Jenderal (purnawirawan) Fachrul Razi, mantan Wakil Kepala BIN As'ad Said Ali, dan mantan Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (purnawirawan) Sjafrie Sjamsoeddin.
Menurut Hendardi, ketiga nama tersebut jelas diduga terlibat pelanggaran hak asasi manusia. Fachrul Razi, kata Hendardi, diduga terlibat kasus pelanggaran HAM era transisi pemerintahan Presiden Soeharto ke Presiden B.J. Habibie. "Begitu pula dengan Sjafrie Sjamsoeddin," kata Hendardi dalam diskusi di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jakarta, Senin, 23 Februari 2015.
Hendardi juga menuduh As'ad Said Ali terlibat pelanggaran hak asasi manusia atas kasus pembunuhan Munir Said Thalib pada tahun 2004. Sejumlah bukti menunjukkan Munir meninggal akibat aksi intelijen BIN. As'ad yang ketika itu menjabat Wakil Ketua BIN, diduga terlibat.
"Kalau mereka benar-benar calon kepala BIN, pemerintah harus cari nama lain," kata Hendardi. "Libatkan masyarakat memilih, agar menemukan calon yang bersih."
Sedangkan Direktur Program Imparsial Al Araf meminta Presiden Joko Widodo bersikap bijak dalam memilih Kepala Badan Intelijen Nasional baru pengganti Letnan Jenderal (purnawirawan) Marciano Norman.
Al Araf mengingatkan Presiden Jokowi agar tidak tersandera partai politik pendukung saat menetapkan kepala BIN baru. "Jangan sampai seperti pemilihan calon Kapolri kemarin, menimbulkan kontroversi yang melelahkan," kata Al Araf.
INDRA WIJAYA