TEMPO.CO, Bogor - Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama As'ad Said Ali siap jika ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Namun, As’ad menyerahkan keputusan itu pada Jokowi.
"Orang NU harus siap. Jika diminta Presiden, wajib hukumnya menjalankan," ujar As'ad di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis, 26 Februari 2015.
As'ad bersama pengurus NU lainnya datang ke Istana guna meminta izin Jokowi untuk melaksanakan Muktamar NU ke-33 di Jombang pada 1-5 Agustus 2015. As’ad membantah pertemuan yang berlangsung selama satu jam tersebut membicarakan kemungkinannya menjadi Kepala BIN. "Enggak, ini urusan NU," katanya.
Namun, As’ad mengaku sempat dipanggil dan diajak berbicara oleh Jokowi. Namun, kata dia, tak ada tindak lanjut dari pertemuan tersebut. "Cuma dipanggil dan diajak mengobrol. Kami serahkan semua pada Presiden."
Tiga nama disebut-sebut sebagai pengganti Marciano Norman menduduki posisi Kepala BIN. Mereka adalah mantan Wakil Panglima TNI Jenderal (Purnawirawan) Fachrul Razi, mantan Wakil Kepala BIN As'ad Said Ali, dan mantan Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (Purnawirawan) Sjafrie Sjamsoeddin.
Sebelumnya, Sekretaris Eksekutif Komite Aksi Solidaritas untuk Munir, Chairul Anam, menilai tiga calon Kepala BIN tidak layak dipilih. Salah satunya adalah tokoh NU, As'ad Said Ali. As'ad diduga terlibat dalam kasus pembunuhan pegiat HAM Munir.
TIKA PRIMANDARI