TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah tempat ibadah tua berusia sekitar empat abad, Vihara Kim Tek Ie, di Kompleks Dharma Bhakti Petak 9, Jalan Kemenangan III/13, Jakarta Barat, ludes terbakar dinihari tadi. "Saya belum memastikan penyebabnya dari apa, sedang diselidiki polisi," ujar Hengky Salim, salah seorang pengurus vihara itu, saat ditemui, Senin, 2 Maret 2015.
Menurut Hengky, api pertama kali menjalar sekitar pukul 03.45 dari lilin dan pedupaan yang berada di ruang utama penyembahan. Namun banyaknya material yang mudah terbakar, seperti kayu, kain, dan lilin, api dengan cepat menghanguskan bangunan itu. "Kami masih menunggu laporan polisi soal unsur api ini dari mana, apakah ada faktor sengaja atau apa," ujarnya.
Api berhasil dipadamkan sekitar pukul 05.45 tadi. Sekitar 50 patung berbagai ukuran hangus terbakar. Hanya patung Dewi Kwan Im seribu tangan, patung Kwan Kong kecil, patung Ma Chun, dan patung O Lang Se atau dewa tiga mata yang selamat. "Semua patung ratusan tahun habis terbakar, Dewi Kwan Im juga satu tangannya putus," tuturnya.
Tim ahli cagar budaya DKI Jakarta, Candrian Atahiat, mengatakan kebakaran tersebut merupakan bentuk keteledoran jemaat. Sebab, berdasarkan informasi dan penyelidikan awal yang dilakukannya, api berasal dari lilin dan pedupaan yang masih menyala. Padahal, berdasarkan standar keamanan tempat ibadah, semua api harus mati saat jemaat meninggalkan tempat ibadah. "Jelas harus dievaluasi kelengkapan fasilitas kebakaran. Standarnya kan sudah ada," ucapnya.
Adapun soal usia vihara tersebut, dia menyatakan hingga kini masih simpang siur. Sebab, berdasarkan arsip yang dimilikinya, semua bangunan tempat ibadah Tionghoa mulai masuk wilayah perkotaan Jakarta sekitar abad ke-18. "Kalau soal ornamen dan aksesorinya, bisa saja berubah, tidak bisa dijadikan patokan," ujarnya.
Menurut dia, musibah yang menimpa salah satu tempat ibadah tertua di Jakarta itu merupakan kehilangan besar bagi sejarah bangunan cagar budaya Ibu Kota. Dia mengaku lembaganya mendesak Pemerintah Provinsi DKI dan pengurus vihara menyelamatkan data penting, dengan harapan segera kembali dibangun. "Yang jelas, riwayat gedung ini tidak bakal dilupakan orang," tuturnya.
JAYADI SUPRIADIN