TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Syariah Indonesia Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan potensi perbankan syariah jelas besar mengingat penduduk Indonesia mayoritas muslim. Untuk memperkuat ekonomi syariah, kata dia, yang paling penting adalah efisiensi, sehingga cost of fund dapat turun.
"Saat ini cost of fund bank syariah masih lebih tinggi daripada perbankan konvensional, itu problemnya," kata Bambang, yang juga Menteri Keuangan, saat ditemui di Istana Wakil Presiden, Selasa, 10 Maret 2015.
Menurut Bambang, pihaknya saat ini berfokus menembus target rasio aset perbankan syariah mencapai 5 persen dari seluruh total aset perbankan. "Saat ini masih di bawah 5 persen."
Untuk menggenjot raihan 5 persen itu, pihaknya akan melakukan perbaikan di sektor perbankan tersebut dan menambah jangkauannya. Misalnya, lebih banyak terlibat pada pembiayaan proyek.
Ihwal efisiensi, Bambang mengatakan harus ada upaya simplifikasi dalam menjalankan aturan perbankan syariah sebagai langkah aksi korporasi. Simplifikasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan istilah Indonesia dalam perbankan syariah. Dia sudah mendapatkan arahan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla agar istilah ekonomi syariah, seperti wakalah dan mudarabah, bisa dialihkan ke bahasa Indonesia.
"Supaya ini bunyinya ekonomi Islam ala Indonesia, bukan ekonomi Islam ala Timur Tengah," kata Bambang. Wakil Presiden Kalla juga memberikan arahan supaya ekonomi Islam Indonesia berkembang sesuai dengan kondisi Indonesia, tidak mengikuti Malaysia atau Timur Tengah.
ALI HIDAYAT