TEMPO.CO , Jakarta: Pemerintah Kota Bekasi menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan swasta untuk membangun aeromovel. "Mulai dibangun Februari 2016, saat ini memasuki tahap perencanaan pembangunan," kata Wakil Wali Kota Bekasi, Ahmad Syaikhu, Minggu, 5 April 2015.
Aeromovel ini menghubungkan pemukiman elite perumahan Kemang Pratama, Summarecon dan Harapan Indah dengan panjang lintasan sekitar 12 kilometer. Biaya yang diperlukan membangun moda angkutan ini sebesar Rp 2 triliun.
Pihak swasta yang membangun ialah konsorsium aeomovel Indonesia yang terdiri dari PT Publik Privat Partership, PT Intiadi Dwi Mitra Sejahtera, dan PT Cakar Bumi Integrasi. Moda transportasi itu sudah digunakan di tempat wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta Timur.
Jika benar-benar terealisasi, katanya, Kota Bekasi merupakan daerah pertama di Indonesia yang menggunakan moda transportasi aeromovel. Ia mengklaim, angkutan ini bakal mengurangi kemacetan lalu lintas di Bekasi. Karena satu unit aeromovel mampu menampung 150-300 penumpang, dengan begitu bisa mengurangi 10 buah angkutan umum.
Menurut Syaikhu, pembangunan moda transportasi aeromovel sama sekali tak menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Pemerintah hanya menyediakan lahan. "Lahan yang dibutuhkan sedikit, sehingga tak sampai merusak tanaman," kata dia. "Kami akan memanfaatkan lahan pengairan, fasilitas sosial dan umum sebagai perlintasan."
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit menilai moda transportasi, aeromovel tidak cocok diterapkan di Indonesia. Menurut dia, angkutan berbasis tenaga angin itu belum terbukti keberhasilannya. "Aeromovel belum proven teknologinya," katanya, Minggu, 5 April 2015.
Menurut Danang, dengan anggaran sebesar itu, pemerintah Bekasi bisa membangun angkutan berbasis rel lain. KA Commuter dan Light Rail Transit (LRT) misalnya. "Banyak yang lebih sesuai daripada aeromovel," ujar Danang.
ADI WARSONO | ERWAN HERMAWAN