TEMPO.CO, Jakarta - Anda ingin mencoba keju rumahan? Maka, Anda patut mencoba produk black and white buatan Ayu Utami Linggih, pemilik Rosalie Cheese, yang dijual di gerai online: rosaliecheese.itrademarket.com. Selain itu, ada pilihan lain, yakni produk Trie’s Cheese yang juga bisa dipesan secara online lewat situs triescheese.bizweb.co.id.
Ayu Utami mengatakan spesialisasinya adalah keju yang diselimuti jamur putih dan dilapisi abu kelapa. Sedangkan Trie’s Cheese, yang dimiliki oleh Tri Haryanto, mengandalkan keju mozzarella--salah satu jenis keju yang banyak digunakan untuk masakan maupun kue.
Bermula dari kesukaannya akan keju, Tri berinisiatif membuka usaha keju sejak 2010. Alasannya simpel. Ia merasa keju yang dijual di Indonesia mahal. “Rasanya juga berbeda dengan keju asli yang pernah saya cicipi dari negara asalnya,” kata Tri, seperti ditulis Koran Tempo, Ahad, 12 April 2015.
Maka, sejak lima tahun silam pria berusia 46 ini memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai manajer sumber daya manusia di sebuah pertambangan batu bara demi menemukan formula yang tepat untuk setangkup keju buatan sendiri. Kurang lebih Tri melakukan 42 kali percobaan hingga tercipta Trie’s Cheese. “Stres saat mencari formulanya,” katanya.
Tri dan istrinya menjual keju buatan sendiri ini di rumah mereka di Depok. Mereka juga membuat keju jenis lain, seperti edam dan cheddar, yang sifatnya lebih kering.
“Tapi di Indonesia, pemakan keju lebih suka keju basah seperti mozzarella dibanding keju kering,” kata Tri. “Selain itu, pembuatan keju kering memerlukan waktu yang lebih lama, sekitar empat bulan,” ia menambahkan.
Akan halnya produk keju black and white, dikatakan Ayu, mempunyai akar dari Prancis, yaitu Valencay cheese. Di negeri Napoleon, keju Valencay dibuat dari susu kambing yang bertabur abu arang. Namun Ayu memodifikasi dengan abu kelapa dan susunya diganti susu sapi.
"Awalnya saya buat mozzarella block karena jenis ini cukup populer di sini," kata Ayu. Keju yang acap dipakai untuk bahan pizza ini menjadi percobaan Ayu untuk menjajal pasar Indonesia. Lalu, dari mozzarella, ia mengembangkan bocconcini, yang masih satu jenis dengan mozzarella, tapi teksturnya lebih lembut. "Bocconcini ini harus disimpan dalam air dan tidak terlalu tahan lama," Ayu menjelaskan.
Di antara semua keju tersebut, ujar Ayu, haloumi adalah jenis yang paling gampang masuk lidah orang Indonesia. Keju asal Yunani ini dikonsumsi dengan cara dipanggang atau digoreng terlebih dulu. Tekstur dan rasanya mirip daging. Sifat inilah yang membuat haloumi acap dipakai sebagai pengganti daging oleh kaum vegetarian. "Rasanya tidak terlalu susu banget, sehingga dari beberapa kali uji coba, kebanyakan orang Indonesia suka ini," kata Ayu.
Semua produk keju buatan Ayu diklaim tak memakai bahan tambahan, pengawet, juga pewarna tambahan. Tak aneh hasilnya keju berwarna putih kekuningan, tidak kuning terang.
Susunya ia ambil dari peternakan sapi di Depok, Jawa Barat. "Saya benar-benar ingin menjual rasa susu asli Indonesia," katanya. Satu-satunya bahan yang harus ia datangkan dari luar hanya rennet, enzim penggumpal susu. Rosalie Cheese memberi banderol harga untuk tiap 200 gram keju dari Rp 47.500 hingga Rp 50.000.
DIANING SARI, CHETA NILAWATY, HERU TRIYONO