TEMPO.CO, Yogyakarta - Printemps Francais, festival seni yang digelar setiap tahun oleh Institut Prancis di Indonesia (IFI), digelar di 11 kota pada tahun ini. Printemps ke-11 juga bisa dinikmati oleh publik penikmat seni di Yogyakarta. Ada tujuh pementasan dan sejumlah seminar tentang seni dalam rangkaian acara festival ini di Yogyakarta sejak 15 Mei-10 Juni 2015.
Acara perdana Printemps Francais di Yogyakarta dibuka dengan pentas teater musikal bertema kematian karya sutradara Agung Kurniawan. Proyek peristiwa teater berjudul "Hanya Kematian Yang Setia Menunggu" itu akan dipentaskan di Auditorium IFI Yogyakarta pada Jumat malam, 15 Mei 2015.
Baca Juga:
Agung mengatakan teater ini menyimulasikan kematian dengan makna lain dari kebiasaan. Dia berniat menyajikan kisah mengenai kematian sebagai suatu fase kehidupan yang tidak selalu memicu kesedihan serta kehilangan. "Teater ini mengubah perspektif umum di banyak budaya tentang kematian," kata Agung di konferensi pers Printemps Francais Yogyakarta di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasumatri (PKKH) UGM, Rabu, 13 Mei 2015.
Dalam tradisi Jawa, Agung mencontohkan, peristiwa kematian selalu diikuti oleh beragam ritual khusus pelepasan. Pada masa lalu, kematian seseorang yang berpengaruh di istana bahkan sering disiapkan jauh hari dengan menyusun karya sastra untuk menyambut peristiwanya. "Di sejumlah budaya dan keyakinan agama, kematian selalu dianggap sesuatu hal yang sangat penting, sama dengan peristiwa kelahiran," kata dia.
Pementasan teater ini akan melibatkan pianis muda, Leilani "Frau" Hermiasih, sebagai penata musik. Puisi-puisi karya Gunawan Maryanto juga akan mengiringi pentas teater. "Kami juga akan mengadirkan teater dengan interaksi kuat antara pemain dan penonton," Agung menambahkan.
Menurut Direktur IFI Yogyakarta, Christine Moerman, model kolaborasi budaya Indonesia dan Prancis yang unik juga akan menjadi warna kuat di festival Printemps tahun ini. Salah satunya yang akan hadir di Yogyakarta, dia mengimbuhkan, ialah pentas "Guignol Recontre Les Punakawan."
Pentas paling buncit di rangkaian Printemps Francais di Yogyakarta itu mengolaborasikan teater boneka Guignol asal Prancis dengan Punakawan. Christine menjelaskan pementasan tersebut hasil residensi selama sepekan seorang musikus dan penulis teks surealis asal Prancis.
Penyajiannya, menurut dia, akan berbeda dari pakem klasik punakawan di pewayangan karena banyak muncul inovasi. Tapi, adegannya tetap dibungkus dengan komunikasi padat candaan.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM