TEMPO.CO , Kuala Lumpur : Setelah dua tragedi menimpa pesawatnya tahun lalu, Malaysia Airlines berencana untuk melakukan perombakan total atas struktur perusahaan itu termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) .
Sekitar enam ribu dari 20 ribu karyawan Malaysia Airlines akan terkena PHK. Meski berdasarkan rilis terbaru di laman CNN menyebutkan jumlah PHK dapat meningkat mencapai 8 ribu karyawan. Malaysia Airlines telah menunjuk seorang administrator senior untuk mengawasi masa transisi ini.
"Semua karyawan akan mendapatkan surat pemberhentian dan termasuk surat (rekomendasi) untuk bergabung dengan perusahaan baru, atau untuk mendaftar [pada] lembaga pencari kerja," kata juru bicara Malaysia Airlines.
CEO Malaysia Airlines, Christoph Mueller mengatakan, meski terjadi restrukturisasi, namun operasi maskapai itu akan berjalan seperti biasa.
Malaysia Airlines diyakini sempat 'drop' oleh publikasi negatif tahun lalu setelah hilangnya pesawat MH370 pada 8 Maret 2014 yang berangkat dari Kuala Lumpur menuju Beijing, Cina. Keberadaan pesawat dan seluruh penumpangnya masih yang masih misteri. Tragedi kedua adalah jatuhnya pesawat MH17 yang ditembak di perbatasan Rusia dan Ukraina akhir tahun lalu.
Maskapai ini kemudian ditarik dari pasar saham dan dikelolai oleh Khazanah Nasional lembaga pendanaan kedaulatan Malaysia yang akhirnya mengungkapkan rencana restrukturisasi sebesar US$ 1,8 miliar atau setara Rp 23,8 triliun.
Selain itu maskapai berencana untuk membatalkan semua rute penerbangan yang dianggap tidak menguntungkan dan menempatkan seorang manajemen senior baru.
Dalam beberapa bulan terakhir, Malaysia Airlines bahkan secara bertahap menjual berbagai aset sebagai bagian dari reorganisasi, termasuk sahamnya di lembaga distributor travel Abacus.
Maskapai ini juga mempekerjakan Mueller, yang sebelumnya bekerja sebagai operator Irlandia Aer Lingus. Ia diharapkan untuk menjadi figur yang dapat menjawab apa yang dibutuhkan Malaysia Airlines.
CNN | MECHOS DE LAROCHA