TEMPO.CO, Bandung – Kepala Subdirektorat Tenaga Kependidikan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Agus Susilo menyatakan kualitas guru Indonesia kurang baik. "Meminjam istilah Menteri Pendidikan sebelumnya, M. Nuh, guru kita ibarat air keruh di dalam jambangan," kata Agus di Bandung, Sabtu, 13 Juni 2015.
Untuk memperbaiki kualitas buruk tersebut, ujar Agus, ada tiga cara yang bisa dilakukan. Pertama, membuang air yang keruh. "Dibiarkan hingga guru-guru yang kualitasnya kurang pensiun sendiri," ujar Agus.
Walau begitu, cara tersebut tentu tak efektif. Agus menyebut cara kedua, yaitu mengolah air yang keruh menjadi bening. Artinya, memberikan peningkatan kompetensi pada guru-guru yang ada saat ini melalui program pendidikan dan pelatihan.
Cara kedua, menurut Agus, juga belum tentu berhasil, karena pelatihan hanya diberikan pada satu-dua guru dari tiap sekolah. Sementara itu, sistem bobrok di sekolahnya sendiri tak diperbaiki. "Saat kembali dari pelatihan, guru yang telah dilatih kalah dengan sistem sekolah tak bermutu."
Agus pesimistis peningkatan mutu guru akan terjadi hanya dengan pelatihan. Menurut dia, cara terbaik adalah mengisi terus jambangan air keruh itu dengan air bersih. Artinya, terus merekrut tenaga pendidik baru dengan kualitas mumpuni.
Agus mengungkapkan cara ketiga, yakni reformasi lembaga pendidik dan tenaga kependidikan (LPTK). Kementerian telah merancang program reformasi kelembagaan itu untuk dilaksanakan pada 2016.
Dengan reformasi LPTK, rekrutmen guru akan diperketat. Begitu pula penggemblengannya. "Guru yang dilahirkan bukan guru biasa, tapi yang sudah diprogramkan," tutur Agus.
Jumlah guru yang ada di seluruh Indonesia saat ini mencapai tiga juta orang. Namun jumlah itu tak tersebar merata. Ada daerah yang kekurangan guru, sementara daerah lain justru berlimpah. Agus mengatakan pemerintah juga sedang merancang program untuk memenuhi kebutuhan guru di tiap daerah.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA