TEMPO.CO, Yogyakarta - Konferensi Wanita Buddhis Internasional Sakyadhita ke-XIV dibuka oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di bangsal Kepatihan Yogyakarta, Selasa siang, 23 Juni 2015. Konferensi tersebut diikuti seribu peserta yang meliputi 525 orang dari 40 negara dan 475 orang dari hampir setiap provinsi di Indonesia.
“Saya berharap ada kontribusi perdamaian, toleransi, dan sisi kemanusiaan dari wanita Buddhis untuk Indonesia dan dunia,” kata Lukman saat ditemui seusai membuka acara yang diberi tema compassion and social justice alias welas asih dan keadilan sosial tersebut.
Dalam pidato sambutannya, Ketua Umum Sakyadhita Jetsunma Tenzin Palmo memaparkan tentang peran perempuan yang telah memberikan kontribusi di bidang spiritual dan material dalam kehidupan bermasyarakat. Kini, mereka siap untuk berperan lebih besar dalam membentuk dunia yang lebih adil dan damai. Hanya saja, wanita Buddhis sering dikesampingkan dari proses yang membentuk komunitas mereka, seperti negosiasi antara pemerintah, forum ilmiah, pemimpin agama, dan struktur sosial.
“Konferensi ini membuka kesempatan dialog tentang bagaimana kasih sayang dan pengembangan spiritual untuk dunia yang lebih adil dan damai,” kata Jetsunma.
Pada akhir acara dilakukan pembacaan doa oleh lima perempuan yang mewakili lima agama di Indonesia. Yaitu Islam, Katholik, Kristen, Hindu, dan Buddha. Konferensi akan berlangsung mulai 23-30 Juni 2015 di Yogyakarta. Pada 1 Juli 2015 pagi akan dilakukan meditasi di puncak Candi Borobudur, Magelang, dan dilanjutkan sore harinya menjelang matahari terbenam di Candi Plaosan, Klaten.
PITO AGUSTIN RUDIANA