TEMPO.CO, Jakarta - Pentas kelompok tari asal Jepang Contact Gonzo di Galeri Nasional, Senin, 22 Juni adalah perunjukan yang mendebarkan dada. Jantung penonton terus dipaksa berpacu melihat tingkah para penari adu jotos di panggung.
Awalnya hanya dua orang dorong-dorongan, pukul-pukulan, dan tampar-tamparan. Dua penari lagi menyusul dengan aksi sama. Gulat di antara mereka berempat makin lama makin riuh dan ngeri.
Suara teriakan kesakitan kerap terdengar disela suara bogem mentah. Mereka sungguh saling pukul. Dalam pertarungan itu ada penari yang berfoto menggunkan kamera poket untuk mengambil gambar rekannya yang kesakitan saat dihajar.
Sesi kedua lebih sadis. Ada seorang penari dalam posisi telentang, dengan kamera yang menyorot ke wajahnya. Kemudian rekannya datang dan menginjak perut dan dada sembari memberi pemberat berupa batu dan buku tebal.
Kengerian bagi penonton bertambah karena wajah yang disiksa disorot kamera dan ditampilkan dalam televisi yang dipajang mengarah ke penonton. Wajah si penari menahan sakit jadi lebih besar berkali lipat. Suasana makin horor ketika penari lain menodongkan microphone di mulut rekannya yang sedang ditindih.
Baca Juga:
Melalui penampilan ini, Contact Gonzo ingin menunjukkan bahwa dunia itu keras. Dalam sesi diskusi yang digelar selepas pentas, Yuya Tsukahara, 35 tahun, menjelaskan mereka mendapat inspirasi untuk melahirkan karya ini dari kekerasan dan kekacauan yang dialami manusia di kota.
Contact Gonzo berdiri sejak 2006. Grup tari kontemporer asal Osaka ini beranggotakan empat orang Yuya Tsukahara, Takuya Matsumi, Keigo Mikajiri, dan Masakazu Kobagashi. Pentas mereka masuk sebagai karya seni pertunjukan di pameran Orde Baru, Indonesia Media Arts Festival Ok.video 2015, Jakarta.
Koreografi mereka yang berjudul Study in Weight and Movement lolos kurasi karena dihitung sebagai karya multimedia. Gonzo menggabungkan koreografi dengan perangkat multimedia seperti televisi dan kamera video.
Pertunjukan mereka tak hanya berlangsung di galeri atau di panggung seni. Kadang aksi mereka juga dilakukan di ruang-ruang publik, seperti gang atau di lapangan. Sebagai kelompok tari kontemporer, mereka telah pentas di banyak kota di antaranya New York, Moskow, Rio de Janeiro, Reykjavik, Zurich, Budapest, dan Jakarta.
YOHANES IRAWAN