Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Membangun Tradisi Kritis Lewat Media Lukisan

Editor

Raihul Fadjri

image-gnews
Joko Pekik, pelukis Satu Milyar asal Grobogan , mendemontrasikan keahliannya melukis di depan ratusan pengunjung Pasar Seni Lukis Indonesia 2014 di JX International, Surabaya, 5 Oktober 2014. Sejumlah lukisan karya Joko Pekik laku di pasaran hingga 1 Milyar rupiah. TEMPO/Fully Syafi
Joko Pekik, pelukis Satu Milyar asal Grobogan , mendemontrasikan keahliannya melukis di depan ratusan pengunjung Pasar Seni Lukis Indonesia 2014 di JX International, Surabaya, 5 Oktober 2014. Sejumlah lukisan karya Joko Pekik laku di pasaran hingga 1 Milyar rupiah. TEMPO/Fully Syafi
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Di depan enam remaja yang jadi anak didiknya, pelukis Nasirun tak ragu menuang cairan cat ke atas permukaan kertas. Dengan tangan kanan berbalut kain, ia lalu meratakannya. Kertas putih berukuran sekitar satu meter persegi itu pun kini belepotan dengan cat penuh warna. “Nah silakan menggambar di sini,” kata pelukis yang karyanya laris manis ini, Senin sore 6 Juli 2015.

Beberapa meter dari tempat Nasirun “mengajar”, pelukis Joko Pekik terlihat duduk bersantai di atas kursi. Di depannya beberapa orang sibuk menyapukan kuas penuh cat ke atas permukaan kertas. “Kalau capek boleh berhenti sebentar, melukis sampai malam juga tak apa-apa,” katanya memberi arahan melukis pada kelompoknya.

Puluhan orang terlibat dalam acara melukis bersama di bawah pohon beringin “Soekarno” kampus Sanata Dharma Yogyakarta, Senin sore 6 Juli 2015. Mereka dipandu langsung oleh pelukis senior Yogyakarta. Selain Nasirun dan Pekik, delapan perupa lain adalah Edi Sunaryo, Totok Buchori, Melodia, Arrahmaiani, Bunga Jeruk, Laksmi Sitaresmi, Sigit Santoso, dan Andre Tanama.

Melukis Bersama 10 Seniman Terkemuka, demikian judul acara itu, merupakan pembuka “Indonesia Berkabung”, sebuah proyek seni yang digagas sekelompok seniman dan akademisi di Yogyakarta. Proyek ini berlangsung dalam berbagai kegiatan dan berlangsung hingga Desember mendatang. Dari festival musik; lomba puisi, poster, dan teater, hingga seminar bertema anti korupsi.

Pegiat Seni Indonesia Berkabung, Agung Kurniawan, mengatakan seluruh rangkaian itu akan digelar di empat kampus di Yogyakarta. Sanata Dharma, Gadjah Mada, Duta Wacana, dan Institut Seni Indonesia. “Lewat kegiatan seni semacam ini kami ingin mengajak orang kampus lebih peduli terhadap persoalan rakyat,” katanya.

Waktu penyelenggaraan kegiatan yang panjang, pada dasarnya upaya terus menerus untuk mengingatkan elit politik yang telah mematikan harapan masyarakat terhadap kondisi Indonesia yang lebih baik. Indonesia Berkabung, kata dia, berfokus pada tiga tema utama. Menggugat elit politik yang berkhianat pada rakyat, menagih janji Presiden Joko Widodo untuk memperkuat peran komisi antirasuah, dan mengingatkan kembali makna keistimewaan bagi Yogyakarta. “Desember nanti,” kata Agung, “Kami akan menyerahkan piala Jenderal Polisi Hoegeng bagi pemenang lomba.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hoegeng? Ya, Indonesia Berkabung sengaja memilih tokoh kepolisian nasional sebagai nama untuk anugerah anti korupsi. Hoegeng Imam Santoso adalah seorang bekas Kepala Polri. Ia dikenal sebagai sosok bersahaja dan aparat penegak hukum yang jujur.

Akademisi Sanata Dharma Gregorius Budi Subanar mengatakan paska gerakan reformasi 1998, peran mahasiswa sebagai “agen perubahan” seolah balik kandang. Mereka kembali ke kampus dan lebih sibuk bergelut dengan mata kuliah dibanding mengkritisi kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat. “Lihatlah kampus sekarang kan adem ayem. Ya pengajar, ya mahasiswanya,” katanya.

Menurut dia, lewat media seni semacam ini, sikap kritis dunia kampus terhadap persoalan sosial dan politik di Tanah Air bisa bergairah kembali.

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

2 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

38 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

43 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

46 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Musikus Bengal: Harry Roesli
Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.