TEMPO.CO, Kupang - Gunung Sirung di Desa Mauta, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Kamis, 9 Juli 2015, mengeluarkan asap tebal dengan ketinggian sekitar 500 meter di atas bibir kawah.
"Selain asap tebal, ada juga kabut, sehingga pemandangan terganggu. Situasi seperti ini biasa terjadi, tetapi kali ini asap yang keluar dari kawah lebih tebal," kata Camat Pantar Tengah, Agustinus Bela'a, Kamis, 9 Juli 2015.
Baca Juga:
Agustinus mengaku Gunung Sirung tidak meletus seperti yang diisukan. "Informasi dari pos pengamatan Gunung Sirung tidak ada gejala gunung akan meletus, tidak ada gempa atau bau belerang," kata Agustinus.
Namun, menurut Agustinus, kabut yang keluar dari kawah gunung itu sangat jelas dari kaki gunung dan dari ibu kota Kecamatan Pantar Tengah. Hingga saat ini kabut di atas gunung masih tebal, tetapi mengarah ke selatan gunung atau ke Selat Ombai.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Tini Thadeus belum menerima laporan mengenai kondisi gunung tersebut. "Kami menunggu laporan dari vulkanologi dan pemerintah kabupaten, tetapi sejauh ini tidak ada laporan soal aktivitas gunung Sirung," kata Tini.
Gunung Sirung setinggi 862 meter akhir-akhir ini mengeluarkan asap hitam dengan ketinggian 2.000 meter di atas kawah pada 2012 lalu yang membuat warga panik. Sekitar 6.000 warga bermukim di empat desa di kaki gunung, yakni Mauta, Tude, Aramaba, dan Melaki.
Gunung tersebut meletus terakhir pada 2004. Namun tidak ada korban jiwa. Selama 1852-1998, Gunung Serung tercatat meletus sebanyak sembilan kali.
YOHANES SEO