TEMPO.CO , Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan sekitar 70 persen terumbu karang di Indonesia dalam keadaan rusak.
"Saat ini kondisi terumbu karang yang masih baik hanya 30 persen, sedang sisanya 70 persen dalam kondisi rusak dan rusak berat," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam rilisnya, Minggu 9 Agustus 2015.
Penyebab kerusakan terumbu karang, menurut Menteri Susi, antara lain akibat penggunaan bom, potasium, dan sampah. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan masih sangat kurang.
"Aksi penyelamatan terumbu kerang diharapkan mampu menyelamatkan potensi kekayaan laut Indonesia," katanya. Menteri Susi menegaskan, hal itu penting guna menjamin kelestarian dan keanekaragaman hayatinya untuk generasi saat ini dan mendatang.
Indonesia memiliki keanekaragaman terumbu karang yang sangat luar biasa sehingga dijuluki "Amazon of The Sea". Adapun, terumbu karang di Indonesia tersebar hampir di 17.508 pulau. Apabila dihitung, luas tutupan terumbu karang di Indonesia mencapai 75 ribu kilometer persegi.
Di kawasan konservasi perairan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, kini terdapat 296 jenis terumbu karang yang tersebar di daerah seluas 1.419 hektare. Terumbu karang termasuk hewan yang hidup di lautan dangkal atau di kedalaman 25 sampai 100 meter. Hewan ini bisa hidup dengan suhu lingkungan 20-29 derajat. Faktor lain penyebab kerusakan terumbu karang adalah perubahan suhu yang meningkat.
Terumbu karang secara ekologis menjadi penunjang kehidupan biota laut lainnya, keanekaragaman hayati, dan pelindung pantai. Secara ekonomi, terumbu karang juga menjadi sumber makanan, sumber obat-obatan dan kosmetik, obyek wisata, mata pencaharian, bibit budidaya, dan untuk riset.
ANTARA | AHMAD NURHASIM