TEMPO.CO, Sleman - Sejumlah warga di Dusun Bayen, Purwomartani, Kalasan, Kabupten Sleman, merasa diteror oleh beberapa anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara. Teror itu muncul setelah karnaval peringatan Kemerdekaan 17 Agustus 2015 di sana. Bahkan buntut dari insiden ini, empat warga Dusun Bayen kini ditahan polisi.
Karena itu, warga juga melapor ke Kepolisian Daerah (Polda) Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, 21 Agustus 2015, tentang teror dan ancaman oleh tentara. Para warga di dusun itu juga meminta perlindungan.
"Warga ketakutan, kami resah. Ada ancaman yang dilontarkan oleh tentara," kata Handoko, salah satu warga yang melapor ke Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, 21 Agustus 2015.
Handoko kemudian menceritakan kronologi pemicu teror. Pada 14 Agustus 2015, setelah peringatan 17-an, ada seorang tentara Angkatan Udara berpangkat Sersan Dua Ongky Prabowo (OP) melintas di jalan yang disiapkan untuk karnaval desa. Dia mengendarai mobil Toyota Agya.
Karena jalanan padat, tentara itu diminta minggir. Tetapi ia menolak untuk meminggirkan mobilnya. Bahkan tentara itu balik menghardik warga. Warga yang sedang membawa replika burung Garuda itu justru dimarahi saat akan mendahului kendaraannya. Karena padat, mobil tentara itu terserempet mobil warga.
Warga yang dibentak dan dihardik akhirnya tersulut emosi. Perkelahian tak terelakkan waktu itu. Sang tentara sempat mengejar rombongan karnaval. Ketika itu, sejumlah warga mendengar suara rentetan tembakan dari tentara itu.
Setelah insiden tersebut, camat, kepala desa, dan kepala dusun mencoba mendamaikan anggota tentara dengan warga. Setelah ada upaya damai itu, malam harinya puluhan orang bersenjata yang mengaku tentara menciduk empat pemuda yang terlibat insiden. Mereka dibawa kantor Kepolisian Sektor Kalasan. Sebagian mengaku sempat dipukuli tentara.
"Ada yang dipukul, bahkan ada yang mengaku bintang satu dan dua. Mereka bilang bisa meratakan kantor polisi, bisa ngebom kampung, dan membuat kasus Cebongan terulang," kata Handoko.
Empat pemuda yang diciduk itu adalah AR, AN, GU, dan RO. Mereka kini ditahan di markas Kepolisian Resor Sleman. Padahal, atas kejadian itu warga sudah meminta maaf. "Kami sudah memohon, meminta maaf, jika harus ganti kerugian juga akan diganti, tetapi justru anak saya ditahan dan kami diteror," kata Jauhari, salah satu orang tua pemuda yang ditahan.
MUH. SYAIFULLAH