TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) diyakini tengah mengembangkan senjata kimia. Seorang pejabat Amerika Serikat mengklaim bahan kimia berbentuk bubuk itu sudah empat kali digunakan para ekstremis.
Pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada BBC, dikutip dari Metro.co.uk, pada 11 September 2015, bahwa ada sebuah bilik penjara yang didedikasikan untuk membuat senjata itu.
"Mereka menggunakan mustard (rempah-rempah dari biji tanaman sesawi). Kami tahu mereka," katanya. "Kami telah melihat mereka menggunakannya pada setidaknya empat kesempatan terpisah di kedua sisi perbatasan, Irak dan Suriah."
"Kami menilai mereka memiliki senjata kimia aktif melalui penelitian kecil yang terus mereka kerjakan untuk mencoba mendapatkan hasil yang lebih baik," pejabat itu menambahkan.
BBC, sebagaimana dikutip dari Metro, mengatakan senjata kimia itu akan dicampurkan dalam tubuh agen-agen yang menyebabkan kulit korban melepuh.
Tim BBC mengatakan mereka telah melihat bukti untuk mendukung klaim tersebut.
Diperkirakan bahwa senjata belum disebarkan selama kampanye ISIS, tapi dibuat menggunakan pengetahuan mereka untuk memastikan bahwa mereka memiliki senjata itu.
Pemerintah Amerika Serikat sedang menyelidiki klaim tentang hal ini.
METRO.CO.UK | MECHOS DE LAROCHA