TEMPO.CO, Makassar - Tawuran antara mahasiswa Fakultas Teknik melawan mahasiswa Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar kembali terjadi di Kampus Parangtambung, Kecamatan Tamalate, Makassar, Senin, 5 Oktober 2015, sekitar pukul 13.00 Wita. Mereka saling serang menggunakan batu, ketapel, panah, serta senjata rakitan jenis papporo.
Juru bicara Kepolisian Resor Kota Besar Makassar, Komisaris Andi Husnaeni, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, tawuran bermula dari aksi penganiayaan terhadap salah seorang mahasiswa Teknik, yang diduga dilakukan mahasiswa Seni dan Desain. Hal itu memicu amarah sekitar 30 mahasiswa Teknik, yang kemudian melakukan penyerangan ke arah gedung Kampus Fakultas Seni dan Desain. "Kami masih selidiki penyebab tawuran mahasiswa UNM yang terus berulang,” katanya, Senin, 5 Oktober 2015.
Aparat Polrestabes Makassar langsung ke lokasi untuk menghalau dua kelompok mahasiswa itu. Tembakkan gas air mata dilakukan guna mencegah tawuran terus berlanjut. Para mahasiswa pun lari kalang kabut. “Tidak ada korban dalam tawuran itu," ujar Husnaeni.
Aparat Polrestabes Makassar juga melakukan penyisiran di dalam Kampus UNM Parangtambung. Meski tak mendapati para mahasiswa yang terlibat tawuran, tapi disita sejumlah barang bukti, seperti tiga anak panah yang diduga digunakan para pelaku. Aparat Polsek Tamalate dan Brimob Polda Sulselbar disiagakan guna menghindari tawuran susulan.
Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan UNM, Heri Tahir, mengatakan tawuran mahasiswa di Kampus Parangtambung terkesan by design alias direkayasa. Dia mensinyalir ada pihak yang melakukan provokasi sehingga tawuran terus terjadi dan seperti sudah diatur. Dalam rentang waktu September-Desember lalu, tawuran selalu terjadi pada Senin atau Kamis.
Heri juga menduga tawuran itu berkaitan dengan momen penting, yakni menjelang pemilihan Rektor UNM pada 2016. Hampir setiap kali suksesi kepemimpinan di UNM, perkelahian antar mahaswasiwa mengalami peningkatan. "Ada pula karena oknum, yang bisa saja dari alumnus maupun mahasiswa yang dipecat, yang sepertinya ingin memperpanjang dendam lama kedua fakultas," ucap Heri.
TRI YARI KURNIAWAN