TEMPO.CO, Jakarta - General Manager PLN Wilayah Nusa Tenggara Barat Dwi Kusnanto mengungkapkan pasokan listrik mengalami defisit 30 megawatt ketika beban puncak. Kondisi ini menyusul tidak beroperasinya PLTU Jeranjang karena sedang dalam perbaikan.
"Saat ini daya listrik kami lagi pas-pasan, karena salah satu mesin di unit 3 PLTU Jeranjang dalam masa perbaikan," kata Dwi Kusnanto di Mataram, Rabu, 28 Oktober 2015.
Ia mengatakan saat ini daya listrik Nusa Tenggara Barat hanya mencapai 170 megawatt. Sedangkan, konsumsi listrik saat beban puncak mencapai 205 megawatt, sehingga ada kekurangan 30 megawatt.
Akibat kekurangan itu, PLN melakukan pemadaman bergilir saat beban puncak mulai pukul 18.00 sampai 22.00 Wita di seluruh Pulau Lombok. "Ketika harus ada perbaikan, maka terjadi kekurangan pasokan, sehingga mengatasi itu dilakukan, PLN melakukan pemadaman bergilir," ujarnya.
Kendati demikian, Dwi berjanji pemadaman listrik secara bergilir itu akan berakhir di November, seiring tuntasnya masa perbaikan pembangkit listrik di PLTU Jeranjang. "Saya pastikan November semuanya sudah tuntas dan normal kembali," tegasnya.
Sebelumnya, sejumlah anggota DPRD Nusa Tenggara Barat menyesalkan terjadinya pemadaman listrik yang sudah terjadi selama sepekan terakhir di daerah itu oleh PLN. Anggota Komisi IV DPRD Nusa Tenggara Barat, Nurdin Ranggabarani, mengaku akibat pemadaman itu banyak masyarakat yang merasa dirugikan. "Konsumen terutama anak-anak sekolah tidak bisa belajar seperti biasanya, karena seringnya mati lampu," katanya.
Nurdin Bahkan, pihaknya menduga PLN Nusa Tenggara Barat menggunakan barang palsu untuk membangun PLTU Jeranjang. "Tunjukkan janji yang sudah dilayangkan sebelumnya bahwa tidak akan ada lagi pemadaman listrik," ujarnya.
Jika memang PLN mengalami kendala, semestinya bisa menyediakan solusi atau membuat komitmen kapan lampu tidak padam lagi. Nurdin mengaku kerap menerima keluhan dari masyarakat, yang barang elektroniknya akibat listrik biarpet.
ANTARA