TEMPO.CO, Jakarta - Pelukis sepuh, Jeihan Sukmantoro, 77 tahun, meluncurkan lukisan bertema pahlawan untuk memperingati Hari Pahlawan. Kali ini yang menjadi lukisan utamanya adalah lukisan Bung Karno dan Bung Tomo. Tentu saja kedua pahlawan ini dilukis dengan ciri khasnya, bermata hitam pekat.
Pameran 50 tahun perayaan ide mata hitam Jeihan berlangsung mulai Ahad, 8-10 November di ballroom Hotel Ritz Carlton, Pacific Place, SCBD. Pameran ini merupakan pameran kedua yang dilakukan Jeihan setelah pameran perayaan yang sama di studionya, di Jalan Padasuka Bandung pada 26 September hingga 3 Oktober lalu.
Lukisan Bung Karno dan Bung Tomo masing-masing berukuran 70x70 sentimeter. Namun selain dua lukisan ini, dia juga melukis kedua tokoh itu dalam satu kanvas besar berukuran 4x3 meter. Tapi, lukisan yang berukuran besar ini hanya diperlihatkan fotonya. Karya aslinya ada di studionya. Kedua tokoh dilukis berdampingan dengan tulisan “Allahu Akbar” di tengah atas kedua kepala mereka.
Lukisan besar ini dilukis hanya dalam waktu singkat. “Kurang lebih 20 menit-an sambil ngobrol sedikit,” ujar kurator pameran, Mikke Susanto, Ahad, 8 November 2015. Dia juga diminta melihat proses melukis lukisan berukuran besar ini beberapa waktu lalu.
Jeihan mengemukakan alasannya melukis kedua tokoh ini secara khusus. “Untuk menghargai dan mengenang mereka, para pejuang revolusi dan pengobar api kemerdekaan,” ujar Jeihan kepada Tempo. “Saya juga ingin rakyat negeri ini meneladani mereka membela negara.”
Selain lukisan kedua tokoh ini, ada pula lukisan pahlawan lain yang ikut dipamerkan, yakni Pangeran Diponegoro, H.O.S Tjokroaminoto, Sultan Agung. Selain para pahlawan ini, Jeihan juga memajang lukisan Patih Gajah Mada, Raja Sanjaya—raja Mataram Kuno, Raden Patah. “Bangsa yang besar menghargai para pahlawan bangsanya, wajib mengenal sejarahnya, meluruskan dan menyembuhkan luka-lukanya,”ujar Jeihan.
Jeihan sengaja melukis tokoh-tokoh ini karena dinilai masing-masing punya kaitan. Menurutnya, Raja Sanjaya adalah Putra Sunda. Keturunannya menjadi penerus kerajaan-kerajaan yang kemudian bermunculan hingga akhirnya muncul Kerajaan Demak, Mataram baru. Sunda dan Majapahit pernah berseteru hingga menyebabkan Perang Bubat. “Ini kan luka dan harus disembuhkan,” ujarnya.
Selain lukisan pahlawan dan tokoh sejarah Indonesia, dipamerkan pula lukisan bertema tari dan sosok perempuan.
DIAN YULIASTUTI